https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Harus Memahami Manajemen Pemupukan Sawit

Petani Harus Memahami Manajemen Pemupukan Sawit

Petani memupuk sawit. Foto: Ist.


Bengkulu, elaeis.co – Petani kelapa sawit di Bengkulu diminta terus memupuk tanamannya meski harga pupuk kimia non subsidi saat ini sudah mencapai Rp 850 ribu hingga Rp 1 juta per karung. Agar tidak tekor, petani harus menyiasati dengan cara mengatur pemakaian pupuk.

Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, Jakfar mengatakan, mahalnya harga pupuk kimia non subsidi merupakan masalah yang dihadapi tidak hanya petani di Bengkulu tetapi juga petani lain di seluruh di Indonesia. Oleh sebab itu, dia mengimbau agar petani menerima keadaan dan mulai melakukan manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit.

"Kalau masalah pupuk, itu tergantung manajemen saja. Kalau petani pandai, maka tidak akan banyak keluar uang," kata Jakfar, kemarin.

Menurutnya, agar efektif, saat memberikan pupuk petani harus menerapkan manajemen 6 T. Yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, dan tepat alat. “Kalau asal-asalan, manfaat dari pemupukan yang diperoleh petani justru sedikit. Kalau menerapkan 6 T maka hasil kebun sawit akan lebih maksimal," tuturnya.

Selain itu, petani juga harus melakukan pemilihan jenis pupuk yang efektif. Jakfar menjelaskan bahwa pemilihan pupuk merupakan salah satu kunci sukses untuk pencapaian produktivitas hasil tanaman secara optimal. Kebutuhan pupuk ditentukan berdasarkan basis kebutuhan nutrisi tanaman yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

"Misalnya kita ingin kelapa sawit terus berbuah, maka pupuk yang diberikan harus tepat, jangan sembarangan. Pahami pupuk apa yang dibutuhkan tanaman, NPK atau Urea," jelasnya.

Cara pemberian pupuk yang baik lainnya untuk mendapatkan panen yang maksimal adalah dengan rekayasa pupuk majemuk, yakni memadukan pupuk kimia dan organik. Bahkan penggunaan pupuk majemuk telah menjadi trend di perkebunan kelapa sawit karena penggunaan pupuk lebih praktis, ketersediaan hara lebih lengkap, dan biaya aplikasi relatif lebih murah dibanding cara pemupukan konvensional yang masih menggunakan pupuk tunggal.

"Penggunaan pupuk ini sangat cocok mendukung program pemupukan berimbang untuk kebutuhan hara makro dan hara mikro," tutupnya.
 

Komentar Via Facebook :