Berita / Sumatera /
Petani ini Ganti Pupuk dan Pestisida dengan Bahan Dapur, Hasilnya Joss
Sekayu, elaeis.co - Harga pupuk kimia dan pestisida naik tak terkendali sehingga petani sawit kesulitan melakukan perawatan kebun. Sayangnya, tidak semua petani sawit kreatif menyiasati keadaan.
Hanya beberapa orang saja yang mampu berinovasi agar tetap bisa merawat kebun sawitnya tanpa harus bergantung pada pupuk kimia.
Sumarsono (35) adalah salah satunya. Ayah dua anak yang sejak kecil akrab dengan kelapa sawit ini mampu menciptakan produk alami untuk perawatan penangkaran dan kebun sawit miliknya.
"Saya menciptakan produk alami yang saya sebut bakteri fotosintesis," kata pria yang akrab disapa Mas Son ini kepada elaeis.co.
Bakteri fotosintesis itu, kata dia, sangat gampang dibuat dan murah karena bahannya ada di dapur.
"Untuk membuat 20 botol air mineral ukuran satu setengah liter bakteri fotosintesis cuma dibutuhkan 6 butir telur ayam segar, 10 gram terasi, beberapa sendok teh penyedap Ajinomoto, dan air," kata warga Desa Sinar Harapan, Kecamatan Tungkal Jaya, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, ini.
"Telur ayam, terasi, dan penyedap diaduk-aduk atau diblender sampai halus, lalu dibagi rata ke 20 botol plastik tadi," tambahnya.
Setelah itu semua botol diisi air bersih kemudian ditutup. Lalu setiap botol diguncang-guncang agar semua bahan bisa larut menjadi satu. Proses terakhir, semua botol dijemur di bawah sinar matahari langsung agar terjadi fotosintesis.
"Inilah sebabnya produk saya ini saya sebut bakteri fotosintesis, karena memang harus dijemur agar bakteri baiknya tercipta," jelasnya.
Proses penjemuran dilakukan selama 30 hari. Setelah itu, bakteri fotosintesis bisa disemprotkan ke daun tanaman sawit.
Ia menyebutkan, satu botol bakteri fotosintesis terbukti membuat penangkaran bibit sawit miliknya menjadi hijau dan sehat kembali.
"Semua daun bibit sawit saya dulunya kuning, tapi setelah saya semprot dengan bakteri fotosintesis kini semua daunnya berwarna hijau cerah," bebernya.
Ia juga melihat efek lainnya. Semua hama yang biasanya menyerang daun sawit, seperti kumbang kecil dan walang sangit, tak kelihatan lagi.
"Apalagi penangkaran sawit saya juga saya bantu penyinaran lampu kalau malam hari, sehingga membuat semua hama daun tak lagi berminat mendatangi penangkaran saya," tegas Ketua DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) Muba ini.
Satu botol bakteri fotosintesis itu ia jual dengan harga Rp 25.000. "Proses pembuatannya yang membutuhkan waktu 30 hari turut mempengaruhi harga per botol," tegas Sumarsono.
Komentar Via Facebook :