https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Petani ini tak Disukai Karena Sering Tanya Harga TBS

Petani ini tak Disukai Karena Sering Tanya Harga TBS

Ketua DPD APKASINDO Kabupaten Luwu Utara, H Rafiuddin (kanan), mengantar TBS ke salah satu pabrik kelapa sawit. Foto: dokumentasi pribadi


Masamba, elaeis.co - H Rafiuddin (56) hanya bisa mengelus dada. Dia kerap bertanya soal harga pembelian tandan buah segar (TBS) ke sejumlah pabrik kelapa sawit (PKS) dan membagikan informasi itu ke petani sawit lainnya. Tapi gara-gara itulah dia dimusuhi.

"Saya ini malah dianggap sebagai musuh oleh sejumlah pihak dari PKS-PKS yang ada di kawasan Luwu Raya," kata Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Kabupaten Luwu Utara itu kepada elaeis.co, Selasa (5/4/2022).

Ia menyebutkan, di Provinsi Sulawesi Selatan (sulsel) ada empat kabupaten yang menjadi sentra perkebunan kelapa sawit. Tiga di antaranya adalah Kabupaten Luwu, Luwu Timur (Lutim), dan Luwu Utara (Lutra).

"Hanya di Lutim dan Lutra yang ada PKS di Sulawesi Selatan," kata Rafiuddin.

Ia mengaku tak pernah sekalipun menjelek-jelekan PKS manapun yang ada di daerah itu. "Saya enggak pernah memaki-maki mereka. Saya hanya bertanya soal harga. Paling-paling saya hanya mendebat mereka, bukan memaki-maki," kata Rafiuddin.

Kebiasaannya yang selalu mempertanyakan harga TBS itu juga karena didasari rasa ingin mengetahui perkembangan harga sehingga bisa disosialisasikan ke petani sawit lainnya, terutama melalui grup-grup WA.

Selain itu, ia juga merasa penasaran kenapa perkembangan harga TBS di Sulsel jauh lebih rendah dibanding Sulawesi Tengah atau Sulawesi Barat (sulbar), provinsi baru yang justru hasil pemekaran dari Provinsi Sulsel.

"Sulbar itu hasil pemekaran dari Sulsel, tapi di sana lebih maju ketimbang Sulsel. Perkembangan harga TBS di Sulbar lebih dinamis, di sini susah menembus Rp 3.200/kg," ungkapnya. 


 

Komentar Via Facebook :