https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Sawit Diajak Tanam Rempah, Ada yang Nampung Nih

Petani Sawit Diajak Tanam Rempah, Ada yang Nampung Nih

Deviden Karo Kemit di kiosnya (Hendrik)


Medan, Elaeis.co - Banyak komoditi yang dimunculkan untuk ditanam sebagai tanaman sela di kebun sawit untuk menambah penghasilan petani. Namun tidak sedikit petani sawit enggan melakukan tumpang sari di kebunnya karena bingung hasil panen mau dijual ke mana.


Seorang pelaku UMKM di Medan, Deviden Karo Kemit, menawarkan solusi untuk mengatasinya. Dia menyarankan petani sawit menanam rempah-rempah yang punya banyak manfaat bagi kesehatan.


“Saya sarankan tanam kunyit, lada, dan rempah lainnya. Pasti banyak yang beli kalau rempah-rempah itu panen. Petani sawit juga bisa memakai sendiri kalau misalnya sulit mencari pasar,” katanya kepada Elaeis.co, Senin (5/7).


Ditemui di kiosnya di Pasar Tradisional Inpres, Simpang Pos, Padangbulan, Medan,
pemilik produk Bandrek Deminara itu bahkan mengaku siap menjadi penampung rempah-rempah petani sawit. Katanya, bandrek yang ia produksi juga menggunakan bahan rempah-rempah dari hasil tumpang sari milik petani.


“Mereka tanam kunyit, hasilnya 10 kilogram, saya beli. Kalau ada temulawak, ya saya beli juga,” kata suami Mitra itu.


Ia mengaku punya lahan seluas sembilan hektar di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, yang seluruhnya mau ditanami rempah-rempah. “Baru setengah hektar yang sudah ditanam lada hitam. Saya juga kerja sama dengan petani setempat, termasuk petani yang punya kebun sawit,” katanya.


Tahun 2018 silam dia sempat delapan bulan tinggal di Sanggau. Ia ikut menanam, memanen, dan menjual lada hitamnya ke berbagai provinsi, termasuk Medan. Tak mau hanya menjual bahan mentah, Deviden memutuskan untuk membuat produk jadi berbahan rempah-rempah yang dia tanam dan tampung dari petani lain. “Jadilah produk Bandrek Deminara ini,” sebutnya.


Untuk memperdalam ilmu racik meracik bandrek, Deviden bergabung dan belajar langsung ke Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI). “Saya juga pengurus ASPETRI untuk tingkat Sumut,” ucapnya.


Menurutnya, Bandrek Deminara sudah dipasarkan ke berbagai kota dan provinsi di Indonesia, bahkan hingga ke Malaysia. Tak sedikit dari konsumennya adalah petani sawit. “Pola penjualannya masih tradisional. Pesan dulu, transfer, lalu saya kirim. Saya belum sanggup ikut jualan di toko online, belum sanggup menggaji orang lain yang bisa memantau media sosial sepanjang hari,” katanya.


“Syukurkah, meski cara pemasarannya belum canggih, omsetnya sudah tembus Rp 1 juta per hari. Minimal Rp 500 ribu lah. Keuntungan bersih saya sekitar 30 persen,” tambahnya.

Komentar Via Facebook :