Berita / Sumatera /
Petani Sawit Diajari Cara Bikin Pupuk Murah
Jakarta, Elaeis.co - Petani sawit di Kota Subulussalam, Aceh, dapat ilmu baru. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Subulussalam menggandeng Earthworm Foundation untuk memberikan pelatihan memformulasikan pupuk ramah lingkungan kepada petani sawit.
Pelatihan tersebut diberikan kepada petani sawit yang tergabung dalam Koperasi Perkebunan Sada Kata binaan HKTI Kota Subulussalam. Pelatihan berlangsung di Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat, Minggu (15/8).
Waluyo Sutopo, ahli formulasi pupuk dari Earthworm Foundation, tampil sebagai instruktur. Pria yang akrab disapa Pakde itu memberikan materi pelatihan dengan mengandalkan tandan kosong alias tankos sawit sebagai bahan baku pupuk.
Menurutnya, tankos sudah biasa dipakai petani sebagai pupuk tambahan tanaman sawit. Namun selama ini tankos yang merupakan limbah pabrik minyak kelapa sawit hanya digunakan seadanya saja alias tidak diolah menjadi pupuk yang terintegrasi.
“Padahal apabila dilakukan pengolahan lagi, tankos dapat diandalkan sebagai pupuk tanaman sawit. Apalagi bahan bakunya cukup mudah didapatkan,” sebutnya, dikutip Acehtrend.com.
Berdasarkan analisis itulah dia mengajak petani mempelajari dan mengaplikasikan teknik pengolahan tankos menjadi sebuah pupuk yang dapat menunjang produktivitas tandan buah segar (TBS) sehingga petani mendapatkan hasil panen yang maksimal.
Selain tankos, saat praktek pengolahan, Pakde juga menunjukkan beberapa bahan baku organik lain untuk membuat pupuk yang terintegrasi. Setelah semua bahan dicampur, pupuk lantas difermentasi selama 3 hingga 4 hari.
“Selain menghemat biaya perawatan sawit, pupuk ini juga ramah lingkungan,” jelasnya.
Ketua HKTI Kota Subulussalam, Wahda, mengatakan, pelatihan ini merupakan terobosan bagi petani sawit dalam meningkatkan hasil panen.
“Di tengah tingginya kebutuhan akan pupuk kimia, adanya pelatihan ini tentu akan sangat membantu petani. Pupuk organik yang terbarukan ini akan menggairahkan para petani binaan kami. Selain praktis, pupuk ini juga hemat biaya dan ramah lingkungan,” katanya.
Ilmu membuat pupuk organik itu, katanya, akan diimplementasikan oleh petani dalam mengelola kebunnya sehingga konsep sawit berkelanjutan sebagaimana yang diharapkan Earthworm dan HKTI dapat terwujud. “Sekaligus ini akan menjadi pilot project sehingga ke depan dapat dikuti oleh petani sawit lainnya,” harapnya.
Kasraji, salah seorang staf dari Earthworm Foundation menjelaskan, program pelatihan formulasi pupuk organik tersebut adalah untuk menunjang produktivitas buah.
Penggunaan pupuk ini juga bagaimana nantinya akan menghadirkan perkebunan sawit masyarakat secara regenerasi atau dikenal dengan istilah regenerative farming yang dapat memperbaiki struktur tanah maupun tekstur tanah.
“Apabila ini diaplikasikan, maka akan dengan sendirinya dapat memperbaiki tanah yang dalam kondisi emergency atau tanahnya dalam situasi yang rusak. Dan kompos atau pupuk organik adalah salah satu cara untuk memperbaiki tanah baik struktur maupun tekstur,” jelasnya.
Komentar Via Facebook :