https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Sawit Diingatkan Jaga-jaga, Jangan Terbuai Euforia

Petani Sawit Diingatkan Jaga-jaga, Jangan Terbuai Euforia

TBS kelapa sawit yang baru dipanen dari lahan sawit milik petani ditimbang sebelum diangkut ke pabrik (Tribunsumsel.com/Winando Davinchi)


Jakarta, Elaeis.co - Sadar harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tidak selamanya mahal, sejumlah petani memilih tidak berperilaku konsumtif.

"Saat harga TBS sedang naik, kalau saya uangnya untuk makan dan kebutuhan anak sekolah. Sisanya ditabung, untuk makan dan sekolah anak juga," kata seorang petani sawit, Saiho, dikutip Tribunsumsel.com.

Petani yang tinggal di Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), itu mempunyai 1,5 hektar kebun sawit. Dengan luasan seperti itu, kenaikan harga sawit tidak terlalu banyak memberi keuntungan dibandingkan pemilik lahan yang luas. Apalagi, saat ini buah sawit sedang trek.

"Harga TBS sawit memang tinggi, tapi sawitnya nggak ada. Kalau buahnya banyak harga turun, buah sedikit harga naik. Memang begitu siklusnya," ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan oleh petani sawit lainnya, Bambang. Menurutnya, kenaikan harga TBS ini tidak begitu terasa karena biaya produksi naik.
 
"Naiknya TBS serta merta diiringi dengan naiknya harga pupuk. Kebutuhan pupuk ini berkisar 60 persen dari biaya produksi. Akibatnya kita harus menyisihkan uang lebih untuk membeli pupuk," katanya

Bambang berharap ada solusi seperti memperbanyak ketersediaan pupuk di lapangan. Kalau stok banyak, harga mungkin bisa terjangkau. Tapi kalau pupuknya saja susah didapat, tentu harga jadi naik.

"Akibat naiknya harga pupuk, maka banyak petani yang menunda pemupukan. Efeknya tentu ke produksi buah yang jadi rendah, sehingga buahnya sedikit," katanya.

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Rudi Arpian MSi, mengatakan, kenaikan harga TBS diprediksi akan terjadi sampai akhir tahun. “Naiknya bertahap, pelan tapi pasti naik. Untuk itu kita memang mendorong petani untuk produksi dan meningkatkan produktivitas sawitnya," katanya.

Dia berpesan agar petani benar-benar memanfaatkan momentum kenaikan harga untuk hal yang positif. Saat ini di Sumsel ada 1,2 juta hektar lahan sawit dengan jumlah petani 224,649 KK. Kebun sawit terluas berada di Musi Banyuasin.

"Pesan saya kepada para petani, fenomena ini seperti harga karet yang pernah sampai Rp 25 ribu, maka untuk sawit ini juga jangan terlalu euforia dengan kenaikan harga ini. Paling tidak sisihkan untuk kebutuhan keluarga dan tanaman sawit. Boleh saja konsumtif, tapi akan lebih baik untuk hal yang produktif," katanya. 


 

Komentar Via Facebook :