https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani Sawit Jaga Sungai, Harimau dan Beruang pun Singgah

Petani Sawit Jaga Sungai, Harimau dan Beruang pun Singgah

Plang berisi ajakan untuk merawat sungai dipasang di pinggir Sungai Aur. Foto: dokumentasi KUD Sumber Rezeki


Palembang, Elaeis.co - Selain dari sawit, para petani yang tinggal di Desa Air Bening dan Desa Ketapat Bening, Kecamatan Rawas Hilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, menggantungkan hidup ke Sungai Aur. Saking vitalnya, aturan khusus dibuat untuk menjaga kelangsungan sungai besar yang melintasi kedua desa itu.

Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Rezeki Rawas Hilir, Surianto, mengatakan, kawasan hulu sampai hilir Sungai Aur digunakan warga baik untuk mandi maupun untuk kebutuhan sehari-hari lainnya. 

"Sejak ikut Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), kami menerapkan sejumlah aturan untuk melindungi sungai yang mesti dipatuhi oleh para petani sawit. Kita di RSPO ini visinya menanam sawit yang berkelanjutan untuk anak cucu," katanya kepada Elaeis.co, kemarin.

Salah satu aturan tersebut adalah para petani harus memastikan kawasan sejauh 30 meter dari daerah aliran sungai (DAS) harus aman dari penggunaan zat-zat kimia.

Jadi, jika petani sawit hendak membabat rumput, harus dilakukan secara manual atau pakai mesin babat rumput. Tidak boleh menggunakan bahan kimia pembunuh rumput.

Begitu juga saat melakukan pemupukan, harus dilakukan manual dan disarankan menggunakan pupuk organik. 

"Dan tak boleh menggunakan paraquat, pestisida yang sangat berbahaya itu," kata Surianto.

Komitmen menjaga kelestarisan kawasan sungai itu dari cemaran bahan kimia sudah membuahkan hasil. Menurutnya, sampai sekarang masih banyak satwa langka yang berkeliaran di sekitar sungai. Sebut saja ayam hutan, beruang, bahkan harimau Sumatera.

"Yang paling sering kami lihat ayam hutan. Kalau beruang dan harimau jarang terlihat. Tapi dari jejak tapak-tapaknya kami jadi tahu kalau harimau dan beruang baru saja melintasi kebun sawit kami, mungkin datangnya pas malam hari," ungkap Ketua Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Kabupaten Muratara ini.

Surianto menambahkan, saat ini baru 80 orang dari hampir 200 petani sawit anggota KUD Sumber Rezeki yang sudah ikut RSPO.

"Dari sekitar 2.000 hektar kebun sawit yang dikelola KUD Sumber Rezeki, baru 519 hektar atau setara dengan 266 kavling kebun sawit yang ikut RSPO. Yang lain belum mau ikut proses sertifikasi RSPO karena merasa ribet, harus ikut aturan ini dan itu," katanya 

"Kalau saya lihat, umumnya mereka masih wait and see, nengok-nengok dulu bagaimana rekan-rekan mereka yang sudah ikut RSPO. Tapi kami optimis mereka akan ikut RSPO. Sebab, mereka kan sudah melihat perubahan positif apa yang kami alami sejak ikut RSPO," tegas Surianto. 


 

Komentar Via Facebook :