Berita / Nusantara /
Petani Sawit: Sumber Hidup Kami Diganggu, Kami Akan Ofensif Melawan!
Jakarta, elaeis.co - Di satu sisi, petani kelapa sawit menghormati langkah Korté Chocolate untuk menarik semua dagangannya yang berlabel Palm Oil Free dan bahkan menutup sementara kedai onlinenya.
Tapi di sisi lain, langkah-langkah itu menurut petani kelapa sawit, belum cukup. Korté Chocolate harus membikin permohonan maaf secara tertulis kepada semua pelaku sawit Indonesia.
Baca juga: 'Ordal' Cantumkan Palm Oil Free, Petani Sawit sakit Hati
"Wajar kami meminta seperti itu lantaran sadar atau enggak sadar, sengaja atau enggak disengaja, pe-label-an Palm Oil Free itu telah melukai perasaan kami. Itu yang pertama," kata Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Medali Emas Manurung saat berbincang dengan elaeis.co jelang siang tadi.
Yang kedua, produk dengan label Palm Oil Free yang telah beredar tadi, telah menjadi "iklan" kampanye negatif kepada sawit yang bagi Indonesia, sawit malah justru telah menjadi penyangga utama ekonomi.
"Kita tidak tahu sejak kapan label itu dibikin dan sudah beredar di mana saja. Sementara, saya rasa, ini sudah cerita awam lah, bahwa di luar sana, banyak orang enggak suka dengan sawit. Ketidaksukaan itu semata-mata hanya lantaran minyak nabatinya kalah pamor," suara lelaki 51 tahun ini terdengar tegas.
Baca juga: Korte Chocolate Komitmen Terima Sanksi dan Ikuti Regulasi
Makanya kata doktor agro-lingkungan ini, sebagai bangsa Indonesia tapi kemudian ikut-ikutan dengan gaya asing membikin Palm Oil Free, kelakuan itu sudah masuk kategori penghianatan.
"Itulah makanya kami minta yang bersangkutan untuk membikin permintaan maaf secara tertulis. Soal sanksi hukum terkait produk, saya yakin pihak terkait telah sangat serius bekerja," ujarnya.
Ayah dua anak ini kemudian mengingatkan, tahun ini, petani sawit akan melakukan perlawanan secara ofensif kepada siapapun yang menyudutkan sawit.
"Sebaliknya, petani sawit akan merangkul dan menjadi "bintang iklan" bagi produk-produk yang menghormati palm oil," lagi-lagi Auditor Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ini terdengar tegas.
Yang dimaksud 'bintang iklan' itu menurut Gulat adalah bisa saja petani sawit kemudian menjadi pelanggan utama. Lalu kemudian memasukkan produk-produk yang bersahabat dengan palm oil di media sosial (medsos) milik petani sawit yang terkenal dengan tagline "petarung, bukan pewaris" itu.
"Petani sawit dari Aceh sampai Papua yang jumlahnya mencapai 17 juta kepala keluarga akan menjadi 'bintang iklan' gratis bagi produk yang bersahabat dengan kami. Jika sebaliknya, ya itu tadilah," ujarnya.
Itu baru petani sawitnya, belum lagi anak-anak petani sawit yang saat ini sedang belajar di sejumlah perguruan tinggi.
"Anda bisa bayangka jumlah perguruan tinggi di Indonesia ini mencapai 4.523 kampus, anak-anak kami ada di sana. Jika mereka serentak bergerak melalui Forum Mahasiswa Sawit (FORMASI) Indonesia mengiklankan produk yang bersahabat tadi, akan viral cantik lah produk itu. Lagi-lagi jika sebaliknya, Anda bisa bayangkan juga," katanya.
Komentar Via Facebook :