Berita / Sumatera /
Petani Sumsel Tunggu Tol Tuntas, Mau Boyong TBS ke Riau
Sekayu, Elaeis.co - Para petani sawit atau pemilik ram yang tinggal di sejumlah kabupaten di Sumatera Selatan (sumsel) lebih suka menjual tandan buah segar (TBS) ke sejumlah pabrik kelapa sawit (PKS) yang tersebar di beberapa kabupaten di Jambi. Tingginya harga TBS di daerah tetangga menjadi pemicu perdagangan antar provinsi tersebut.
Adin, petani sawit di Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), mengatakan, jarak tempuh dari Sumsel ke PKS di Jambi itu relatif dekat. “Bisa ditembus tiga jam saja, jalannya bagus,” katanya kepada Elaeis.co, Sabtu (16/10/2021).
Harga TBS di Jambi, kata Adin, jauh lebih tinggi dari ketetapan harga Dinas Perkebunan (disbun) Sumsel. “Harga resmi di Sumsel sekitar Rp 2.600/kg. sedangkan harga TBS di PKS-PKS di Jambi yang dekat dengan kami bisa sampai Rp 2.900-an,” kata Adin.
Ia mengaku memiliki kebun sawit 18 hektar, 10 hektar dikelola secara mandiri sedangkan sisanya merupakan kebun plasma sebuah perusahaan sawit swasta.
“Yang plasma itu terpaksalah ikut harga Disbun Sumsel. Mau enggak mau saya harus patuh karena terikat kontrak sebagai plasma. Buah sawit dari kebun yang 10 hektar inilah yang dijual ke Jambi, sesekali saja ke PKS terdekat di Bayung Lencir,” kata Adin.
Adin dan petani lainnya di daerah itu sedang mengintip penyelesaian tol Trans Sumatera yang kebetulan melintasi Kabupaten Muba. Jika sudah tuntas, mereka bertekad akan menjual TBS ke Riau.
“Harga di Jambi memang lebih tinggi dari Sumsel. Tapi harga di Riau jauh lebih tinggi lagi,” tukasnya.
Jika sudah selesai dibangun, menurutnya, jarak ke Riau menjadi lebih pendek karena hanya membutuhkan waktu tempuh lima jam. Saat ini jarak tempuh sekitar sehari semalam.
“Jika tol siap, dari Bayung Lencir ke Pal Sepuluh di Jambi sekitar 2 jam. Lalu dari situ bisa belok ke kiri langsung ke Indragiri Hilir di Riau yang jaraknya cuma tiga jam. Cuma lima jam dibutuhkan untuk mendapatkan harga TBS yang terbaik,” paparnya.
“Jambi dan Riau selalu jadi perhatian para petani sawit. Harga mereka tinggi dan selalu mengalami perubahan harga sekali dalam seminggu,” jelasnya.
Komentar Via Facebook :