Berita / Nusantara /
Petani yang Satu ini Tak Sudi Dikadali
Medan, Elaeis.co - Kebanyakan petani sawit hanya bisa pasrah menerima berapa pun tandan buah segar (TBS)-nya dihargai. Mereka tak punya posisi tawar di hadapan para pengusaha yang punya pabrik kelapa sawit (PKS).
Tapi di Kota Duri, ibukota Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, ada seorang petani sawit yang berhasil ‘mengerjai’ sejumlah pengusaha sawit setempat. Sebut saja namanya Joni Tengkar. “Saya pegang lima DO, tapi saya pilih DO mana yang kasih harga tertinggi,” kata petani yang mewanti-wanti identitas aslinya tidak dibongkar agar tidak ‘dikerjai' balik oleh pengusaha.
DO yang dia maksud adalah singkatan dari Delivery Order, pihak yang memiliki akses atau surat resmi untuk memasok TBS ke PKS yang dituju.
Dari puluhan PKS yang ada di Kabupaten Bengkalis, kata Joni, umumnya tidak memiliki sumber TBS yang memadai. “Luas kebun sawit mereka sedikit, malah ada yang tak punya kebun,” ungkapnya.
Lalu bagaimana ceritanya bisa dapat banyak DO? Joni mengaku sering dilobi langsung oleh pemilik PKS dengan cara sarapan pagi atau makan siang bareng. “Diajak makan, supaya mau mengirim TBS ke PKS mereka,” katanya.
“TBS saya diincar karena sejumlah faktor. Salah satunya karena pengelolaan kebun yang sesuai standar good agriculture practice (GAP). Saya tegaskan ke mereka, bibit sawit saya resmi, tersertifikasi, dan dirawat dengan cara yang benar,” bebernya.
Tak heran, meski cuma punya belasan hektar kebun sawit, TBS yang dihasilkan Joni memiliki rendemen yang baik. “Beratnya oke, rendemennya sesuai standar, dan berondolannya pun banyak,” jelasnya.
Diakuinya, modus memainkan DO yang dia jalankan tak selalu mulus. Pernah dia didatangi manajer salah satu PKS yang curiga. Tapi Joni tak gentar dan mempersilahkan sang manajer mengadu langsung ke bosnya.
“Saya katakan ke manajer itu, jangan kalian dari PKS merasa rugi memberi harga tinggi TBS petani. Kalian sudah untung banyak, cangkang dan tandan kosong dari TBS petani jadi duit sama kalian. Sudah berlipat-lipat untung kalian dari kami para petani ini. Itu saya katakan ke dia. Terdiam dia, setelah itu balik dia ke PKS-nya,” kata Joni.
“Saya tahu semua tentang keuntungan PKS karena pernah bekerja di sebuah perusahaan sawit swasta nasional. Perusahaan sawit besar loh tempat saya dulu bekerja,” tambahnya.
Tak ingin kenyang sendiri, Joni bersedia menampung TBS petani lainnya dan dijual ke PKS menggunakan DO yang ada padanya. “Syaratnya tentu saja buahnya harus baguslah, sesuai GAP,” katanya.
Dia sadar, praktek seperti itu tak selamanya bisa dijalankan. Menurutnya, cara terbaik meningkatkan harga TBS adalah menaikkan posisi tawar petani. Caranya, membentuk kelompok atau koperasi agar pengelolaan kebun sawit menjadi seragam dan sesuai GAP.
“Bukan tak mungkin koperasi atau organisasi petani sawit bisa memiliki PKS mini. Memang butuh miliaran rupiah membuatnya, tapi kalau pengelolaan sawit petani dilakukan secara berkelanjutan dan tersertifikasi ISPO, bisa saja BPDPKS mau mendanai pembangunan PKS mini untuk petani sawit,” cetusnya.
Saat ini dia sedang mencari cara agar para petani sawit di Bengkalis mau bersatu membentuk organisasi dan menguatkan pemahaman dan praktek sawit berkelanjutan. “Namun sepertinya masih butuh waktu,” pungkasnya.
Komentar Via Facebook :