Berita / Sumatera /
PKS di Bengkulu Mulai Tinggalkan Batu Bara, Beralih ke Limbah Sawit
Bengkulu, elaeis.co - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu mengungkapkan bahwa beberapa pabrik kelapa sawit (PKS) di wilayah ini telah berhasil mengimplementasikan praktik ramah lingkungan. Salah satunya memanfaatkan fiber dan cangkang sawit sebagai sumber energi untuk memanaskan air agar menjadi energi uap. Langkah ini merupakan alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan penggunaan batu bara yang umumnya digunakan dalam proses tersebut.
Kepala DLHK Provinsi Bengkulu, Safnizar mengaku cukup senang karena PKS di Bengkulu sudah mulai beralih menggunakan bahan bakar ramah lingkungan untuk menghasilkan uap air. Langkah itu dianggap mampu menjaga kelestarian lingkungan. "Kami senang dengan hal itu, karena itu menjaga lingkungan sekitar," katanya, Jumat (23/6).
Ia mengaku, penggunaan serat fiber dan cangkang sawit lebih baik dibandingkan batu bara. Sebab batu bara saat dibakar menghasilkan banyak zat kimia berbahaya yang bisa menyebar melalui udara.
"Menggunakan serat fiber dan cangkang sawit jelas lebih ramah lingkungan," tukasnya.
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, Jakfar, dalam pengoperasian mesin pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dengan kapasitas 15 ribu ton per bulan, diperlukan serat fiber sebanyak 8,4 juta kilo kalori dan 114 ton cangkang sawit. Serat fiber dan cangkang sawit tersebut dibakar untuk memanaskan air. Air tersebut nantinya akan menghasilkan uap yang digunakan pada peralatan di PKS, terutama pada bagian turbin.
"Turbin ini merupakan turbin uap yang menggunakan uap sebagai sumber penggerak generator. Uap dihasilkan dari ketel uap atau boiler," paparnya.
Selain itu, alat-alat lain yang membutuhkan uap diantaranya sterilizer (yang digunakan untuk memasak TBS) dan klarifikasi (stasiun pemurnian minyak). Oleh karena itu, kualitas uap yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan PKS untuk menjaga kelancaran proses pengolahan.
"Upaya pabrik kelapa sawit di Bengkulu yang menggunakan fiber dan cangkang sawit sebagai bahan bakar untuk memanaskan boiler merupakan langkah yang sangat positif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan," tegasnya.
Selain manfaat lingkungan yang dihasilkan, penggunaan fiber dan cangkang sawit juga memberikan keuntungan ekonomi bagi PKS. Dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan bakar, biaya operasional dapat ditekan, sekaligus membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang mahal dan tidak terbarukan.
"Penerapan praktik ramah lingkungan ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan mengatasi perubahan iklim. Dengan menggantikan penggunaan batu bara, PKS di Bengkulu telah memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi emisi karbon dioksida ke atmosfer," tutupnya.
Komentar Via Facebook :