https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

POC, Alternatif Mengatasi Mahalnya Pupuk Kimia

POC, Alternatif Mengatasi Mahalnya Pupuk Kimia

Muchtar Sinaga (kanan) dan Sugiyarto Ebiet (tengah) bersama seorang petani sawit diskusi seputar penggunaan POC (Dok. SAMADE)


Medan, Elaeis.co - Muchtar Sinaga SP MM dan Sugiyarto Ebiet, Ketua DPD Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Kabupaten Simalungun dan Labuhanbatu Selatan (Labusel), patut dicontoh petani sawit lain. Kenaikan harga pupuk kimia tidak membuat mereka mengeluh berkepanjangan, apalagi menyerah merawat kebun sawitnya.

Selasa (14/9) siang tadi, Muchtar sengaja menyambangi Sugiyarto di Kotapinang, Labusel, dan berdiskusi bagaimana membantu petani sawit menyiasati harga pupuk non subsidi yang terus naik.

Keduanya lantas sepakat memproduksi pupuk organik cair (POC). "Nanti boleh dipakai siapa saja, baik yang tercatat sebagai anggota SAMADE maupun tidak," kata Muchtar saat dihubungi Elaeis.co.

"Saya membuat POC berbahan baku air kelapa plus bahan-bahan organik. Rupanya beliau juga membuat POC, bahan-bahannya juga tidak pakai kimia," tambahnya.

Muchtar mengaku sudah mencoba menggunakan pupuk buatannya ke sejumlah tanaman, baik sawit maupun tanaman pangan. Dia mengklaim hasilnya sangat menjanjikan. 

"Saya sudah hitung, POC yang saya produksi ternyata mampu meningkatkan berat tandan sawit sebesar 0,7-1,2 kg per tandan. Panen dari satu hektar kebun sawit akan menghasilkan 138 tandan, masing-masing tandan beratnya 18 kg," ungkapnya.

Namun selama ini POC buatannya diproduksi terbatas. "Modal Rp 1 juta bisa menghasilkan 200 liter POC. Saya jual ke teman-teman petani sawit yang berminat saja, ya namanya juga usaha rumahan," ujarnya. 

Sugiyarto Ebiet juga mengaku sudah lima tahun menggunakan POC buatannya di kebun sawitnya. Sayangnya dia tidak mencatat detil peningkatan produksi buah sawitnya.

"Tapi yang saya ingat hasilnya bagus, rendemennya pun oke, " kata pria yang akrab disapa Oppung Bintang ini. 

Ia mengaku semakin bersemangat menggunakan POC karena bisa dimanfaatkan untuk tanaman pangan dan perikanan. "Bisa ke ternak ikan, POC dicampurkan ke pelet makanan ikan. Produksinya sangat bagus, berat ikan juga oke," tukasnya.

Untuk tanaman pangan seperti cabai, sayur-mayur, dan lainnya, juga diklaim sangat menjanjikan. "Setidaknya saya enggak beli lagi sayur atau ikan di pasar. Saya dan keluarga mengkonsumsi makanan organik," paparnya.

Malah kini ternak ayamnya pun sudah mulai berkembang dan tak menimbulkan masalah bau kotoran hewan (kohe). "Ternak ayam saya juga dikasih POC. Kohenya enggak bau, enggak bikin tetangga resah," kata Ebiet.

Baik Muchtar maupun Ebiet juga siap mengkampanyekan penggunaan POC secara massif agar petani sawit tidak tergantung penuh ke pupuk kimia. Tapi itu dilakukan bukan karena mereka anti terhadap pupuk kimia. 

"Biar kita petani sawit ini enggak menjerit saat harga pupuk kimia naik. Untung sekarang harga TBS naik terus, sehingga masih bisa petani sawit beli pupuk kimia. Lah, kalau misalnya harga TBS anjlok karena berbagai sebab, sementara harga pupuk enggak turun-turun, apa enggak makin menjerit kita," tegas Muchtar, yang diamini Sugiyarto.

Komentar Via Facebook :