Berita / Dewandaru /
Potensi Egois
Ilustrasi. foto: ist
Saat foto bersama, selalu yang dicari pertama dan utama adalah fotonya sendiri, barulah orang lain.
Sekalipun di sampingnya ada sosok yang lebih, misalnya artis, tokoh masyarakat dan lainnya bagi umumnya orang punya nilai lebih dari diri kita.
Itulah salah satu bukti konkret manusia punya sifat egois, individual, ingin dipuji dan lainnya. Itu tidak bisa dipungkiri. Itu diartikan sebagai belenggu diri. Juga sebagai potensi energi luar biasa.
Potensi diri benama "egois" itulah oleh para ilmuwan bidang agama, jaman kuno di kawasan Timur Tengah dan Eropa disarankan agar dipakai untuk membangun kecintaan kepada bangsa, tanah air dan simbol negaranya.
Sehingga melahirkan sikap kesungguhan dalam menjaga marwah negaranya. Semangat berkontribusi/berpartisipasi aktif dalam mengisi bangsanya. Akan tersinggung jika negaranya ada yang merendahkannya.
Penjabarannya rasa syukur dan bangga dengan bangsanya. Dijaganya, diisi kemerdekaannya. Malu jika hanya sebatas jadi penikmat tanpa berpartisipasi. Berani berkorban jiwa raganya demi bangsanya. Jiwa ksatria patriotik membara.
Apalagi sikap prilaku yang menodai marwah bangsa dan negaranya. Pasti dapat hukuman keras tegas. Hingga hukuman pemotongan tangan, hukum mati dan lainnya. Itu wujud konkret manifestasi agar terjaga " energi egois positif " nya. Sehingga semua mudah terkendali.
Pemimpinnya sadar sejak detik diputuskan jadi pemimpin tahu cara adaptasi menyesuaikan dengan posisinya jadi pemimpin. Bukan jabatan menyesuaikan perilaku. Tapi sikap perilakunya harus menyesuaikan jabatannya. Merasa jadi lelucon/dagelan jika sikap perilakunya tidak lazimnya pemimpin.
Begitu juga sebaliknya bagi yang posisinya sebagai terpimpin. Tahu diri bisa menempatkan dirinya agar enak disandang dan enak pula dipandang . Akan lucu jika ibaratnya, memakai sepatu orang lain. Bisa kebesaran atau kekecilan. Berusaha loyal aktif berpartisipasi.





Komentar Via Facebook :