Berita / Nusantara /
Produksi CPO 2021 Turun Lagi...
Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyampaikan, produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia tahun 2021 mencapai 46,888 juta ton atau 0,31% lebih rendah dari pencapaian 2020 sebesar 47,034 juta ton. Keterbatasan pemupukan, kelangkaan tenaga kerja dan gangguan cuaca disinyalir menjadi penyebabnya.
"Dua tahun terkahir, faktor keterbatasan pemupukan dan cuaca memang menjadi penyebab penurunan produksi CPO di Indonesia. Namun, tahun lalu permintaan impor minyak nabati cenderung naik," kata Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono dalam keterangannya, Sabtu (29/1).
Namun sebaliknya, konsumsi minyak sawit dalam negeri tahun lalu mencapai 18,422 juta ton atau naik 6% dibanding tahun 2020 sebesar 17,349 juta ton.
Tingginya angka konsumsi tahun lalu dibanding 2020 disebabkan karena beberapa faktor, seperti naiknya konsumsi pangan 6%, oleokimia naik 25% dan biodiesel naik 2%.
Menurut Mukti, konsistensi pemerintah dengan penerapan program mandatori biodiesel, ikut mengurangi pasokan dan mempengaruhi pasar ekspor minyak nabati dunia.
"Ekspor produk minyak sawit Indonesia 2021 yang mencakup CPO, olahan CPO, PKO, oleokimia (termasuk dengan kode HS 2905, 2915, 3401 dan 3823) dan biodiesel (kode HS 3826) mencapai 34,2 juta ton atau naik hanya 0,6% dari pencapaian ekspor 2020 sebesar 34,0 juta ton," ujarnya.
Rendahnya ekspor ini disebabkan karena keterbatasan pasokan, harga yang tinggi dan makin kecilnya perbedaan harga minyak sawit dengan minyak nabati lainnya terutama minyak kedelai.
"Secara bulanan, ekspor Indonesia di tahun 2021 sangat berfluktuasi. Pengaruh Covid-19 sangat besar terhadap permintaan minyak sawit dari negara pengimpor baik karena perubahan tingkat konsumsinya maupun karena regulasi pengetatan impor di beberapa negara," kata dia.
Meskipun kenaikan volume ekspor 2021 dari 2020 hanya 0,6%, namun nilai ekspor 2021 mencapai US$ 35 mlliar atau 52% lebih tinggi dari 2020 sebesar US$ 22,9 miliar.
Kenaikan nilai ekspor yang tinggi didukung oleh harga rata-rata 2021 yang mencapai US$1.194 per ton atau 67% lebih tinggi dibanding harga rata-rata 2020 sebesar US$ 715.
Komentar Via Facebook :