https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Produksi Kompos dari Limbah Sawit, Tim Mahasiswa UBB Rela Tanam Modal Gede

Produksi Kompos dari Limbah Sawit, Tim Mahasiswa UBB Rela Tanam Modal Gede

Tim MBKM Kewirausahaan UBB mengolah limbah sawit menjadi kompos. foto: ist.


Tanjungpinang, elaeis.co – Tim MBKM Kewirausahaan Universitas Bangka Belitung (UBB) yang terdiri dari Wahyu Dwi Satriohadi (manajemen), Siti Fadilah (akutansi), dan Debi Septriana (akutansi) dengan dosen fasilitator Dian Prihardini Wibawa MM, mengembangkan produksi kompos dari limbah pabrik sawit.

Proyek ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan pemupukan di lahan pertanian akibat tingginya harga pupuk kimia dan penghentian subsidi pupuk oleh pemerintah di wilayah mereka.

Dalam proses produksi, tim menggunakan bahan-bahan seperti kompos tandan kosong sawit, abu boiler, tanah split, sekam, dan tahi ayam. Limbah-limbah ini dicampur dan diolah untuk menghasilkan kompos yang diharapkan dapat memperbaiki struktur tanah berpasir di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan menjadikannya lebih subur dan efektif untuk pertanian.

“Alasan utama mengambil MBKM Kewirausahaan karena dua hal. Pertama, masalah pribadi karena lahan kami kekurangan pupuk. Yang mana pupuk kimia sangat mahal dan pupuk subsidi susah diperoleh karena diberhentikan dari pemerintahan untuk wilayah sini. Kedua, kami melihat bahwa banyak sekali limbah pabrik sawit yang terbengkalai kurang termanfaatkan dengan baik oleh warga. Sehingga kami melihat bahwa ada peluang bisa menyatukan dua permasalahan dalam satu solusi dan solusinya kami membuat kompos dari limbah tersebut," ungkap Wahyu dalam keterangan resmi UBB dikutip Rabu (6/11).

Salah satu tantangan dalam mengolah tandan kosong dari pabrik kelapa sawit menjadi kompos adalah proses pengolahan yang diperkirakan memerlukan waktu sekitar 7-10 bulan. Dalam jangka pendek, tim menyadari bahwa usaha ini belum menguntungkan karena perputarannya yang lambat.

"Kami sedang meneliti pengembangan bioverter untuk mempercepat proses fermentasi kompos dari 7-10 bulan menjadi 2-3 bulan, dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi produksi," bebernya.

Untuk mendukung proyek ini, tim menginvestasikan modal sebesar Rp 100 juta dengan tambahan bantuan sebesar Rp 5 juta dari UBB. "Kami menganggap pengeluaran modal sebesar ini sebagai investasi langkah awal dalam usaha jangka panjang, meskipun saat ini modal yang dikeluarkan cukup besar," sebutnya.

"Kami yakin bahwa dengan keberlanjutan dan pengembangan yang tepat, proyek ini akan membuahkan hasil yang menguntungkan di masa depan," sambungnya.


 

Komentar Via Facebook :