https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

PT SNI Gandeng BRIN Lakukan Riset Pemanfaatan Asam Amino dan Gliserin untuk Pupuk

PT SNI Gandeng BRIN Lakukan Riset Pemanfaatan Asam Amino dan Gliserin untuk Pupuk

Penandatanganan kerja sama riset BRIN dengan PT SNI. foto: Humas BRIN


Jakarta, elaeis.co - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi bersih (PRLTB) menjalin kerja sama dengan PT Sinerga Nusantara Indonesia (SNI), perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan dan pengolahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Jika selama ini pengolahan limbah hanya bertujuan agar limbah tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia, PT Sinerga justru berminat pada riset-riset untuk memanfaatkan limbah organik menjadi produk yang bermanfaat salah satunya menjadi pupuk.

Untuk meningkatkan kualitas risetnya, PT Sinerga menginisiasi kerja sama riset daur ulang limbah organik industri untuk sektor pertanian dengan PRLTB BRIN.

"Kerja sama ini terkait dengan tiga hal. Yaitu riset dan inovasi, kekayaan intelektual, dan knowledge sharing. Nantinya tema riset disesuaikan dengan kebutuhan PT SNI, jadi antara riset dan bisnis itu nyambung," jelas Kepala PRLTB BRIN, Sasa Sofyan Munawar, dalam keterangan resmi BRIN dikutip Minggu (6/8).

Dia juga menekankan pentingnya unsur kebaruan (novelty) dalam kerja sama itu. "Unsur kebaruan dalam riset bagi periset sendiri nantinya dapat menghasilkan publikasi ilmiah, sedang bagi industri bisa dalam bentuk kekayaan intelektual," tukasnya.

"Bagi industri, kekayaan intelektual itu penting, apalagi jika nantinya akan diproduksi di tempat lain. Kecuali jika itu merupakan produk lisensi," tambahnya.

Terkait knowledge sharing, menurutnya, di PRLTB BRIN ada forum ilmiah yang dilakukan secara rutin melalui daring yaitu EnviroTalk. Di EnviroTalk inilah para mitra baik perguruan tinggi maupun industri dapat berbagi pengetahuan dan pengalamannya.

"Jika riset skala laboratorium, mungkin periset bisa. Tetapi kalau sudah skala industri (scale up), mungkin saja tidak berhasil. Justru mungkin periset di PT SNI yang lebih berpengalaman, di sinilah pentingnya knowledge sharing," tuturnya.

Sementara itu, Direktur PT SNI Bahrudin Manurung, mengaku sangat antusias dengan kerja sama riset ini. "Kami sudah melakukan beberapa riset dan  telah menghasilkan produk yang berguna. Namun kami merasa riset kami masih belum sempurna karena berbagai keterbatasan," ungkapnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa saat ini PT SNI sedang melakukan riset mengenai asam amino dan gliserin untuk pupuk. "Akan tetapi kami tidak tahu bagaimana komposisi masing-masing untuk campurannya dan standar yang digunakan. Padahal kalau dilihat dari parameter pertanian, pupuk yang kami hasilkan saat ini tergolong baik kualitasnya karena mengandung unsur makro dan mikro," paparnya.

Gliserin atau gliserol paling banyak dihasilkan dari limbah minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Sayangnya, gliserin yang melimpah tanpa pengolahan justru menjadi masalah bagi lingkungan, yaitu pencemaran.

"Mengapa gliserin tidak bisa langsung digunakan? Padahal di kami, gliserin bisa menjadi bahan baku pupuk. Ternyata gliserin yang langsung dari limbah CPO memiliki pH yang tinggi, sekitar 12. Sehingga jika langsung digunakan sebagai pupuk, tanaman akan mati," jelasnya.

Bahrudin berharap dengan kerja sama ini, riset-riset yang dilakukan bersama dapat menghasilkan produk yang berhasil guna dan berdaya guna. "Riset yang kami lakukan secara internal saat ini mungkin belum memenuhi kaidah ilmiah. Oleh sebab itu, bersama PRLTB BRIN, saya berharap nantinya ada kontrol riset," tutupnya.


 

Komentar Via Facebook :