Berita / Nusantara /
PTPN IV Regional III Layak Jadi Model Penguatan Ekonomi Sirkular Sawit
Pekanbaru, elaeis.co - Kementerian Koordinator (kemenko) Perekonomian Republik Indonesia mengapresiasi langkah PTPN IV Regional III terkait penerapan strategi sirkular ekonomi dalam menjalankan proses bisnisnya.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Dida Gardera, menyampaikan hal tersebut di sela-sela kunjungan kerjanya di Kebun Sei Pagar PTPN IV Regional III, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, akhir pekan lalu.
Kunjungan kerja yang disambut langsung Region Head PTPN IV Regional III Rurianto dan jajaran Board of Regional Management tersebut bertujuan untuk mempelajari proses bisnis kelapa sawit yang merupakan bagian dari Kedeputian Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis.
Baca juga: PTPN IV Regional III Raih Medali Emas di Cabang Tenis Beregu Putra
"Di sini saya melihat bahwa PTPN IV Regional III cukup advance dalam menjalankan proses bisnis secara berkelanjutan. Mulai dari on-farm, off-farm hingga pengolahan limbah yang dikonversi menjadi energi baru terbarukan (EBT), adalah sesuatu yang membanggakan," katanya dalam keterangan yang diperoleh kemarin.
Dalam kunjungan kerja yang juga didampingi Corporate Secretary PTPN IV Palmco Bambang Budi Santoso itu, Dida menyaksikan proses hulu hingga hilir perkebunan kelapa sawit. Diawali dari sentra pembibitan sawit unggul yang diperuntukkan bagi perusahaan serta menjadi bagian dari program penguatan petani melalui jaminan bibit sawit unggul bersertifikat, dilanjutkan dengan proses pemupukan dan perawatan yang dilakukan secara terukur dan sistematis memanfaatkan digitalisasi dan geospasial.
Hingga proses pemupukan yang menggunakan peralatan mekanis dan terkoneksi dengan IoT sehingga dapat memaksimalkan aktivitas pemupukan secara tepat sasaran.
Baca juga: Jalankan Inisiatif Dekarbonisasi, PTPN IV PalmCo Optimis Tekan 40% Emisi di 2030
Selanjutnya, pada sisi off-farm, perusahaan juga kian memperkuat inisiasi digital dan internet of things dalam peningkatan rendemen crude palm oil (CPO). Inisiatif serupa dilaksanakan perusahaan pada pengolahan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) yang dikonversi menjadi EBT.
Saat ini, terdapat enam pembangkit tenaga biogas yang telah dibangun di PTPN IV Regional III, dengan dua instalasi mengolah POME menjadi tenaga listrik dan empat lainnya dikonversi menjadi co-firing.
"Saya mempelajari banyak hal di sini, dan saya kira PTPN IV Regional III bisa dijadikan sebagai model dalam penguatan ekonomi sirkular kelapa sawit," ujarnya.
Baca juga: Tingkatkan Literasi, Petani Mitra dan Karyawan PTPN IV Regional III Ikut Sekolah Lapang Iklim
Dida juga memberikan penilaian positif terhadap pola PTPN IV Regional III dalam mengakselerasi peremajaan sawit rakyat (PSR) yang saat ini menjadi pionir dan rujukan secara nasional.
Ia mengatakan, empat strategi yang diusung perusahaan mulai dari pola single management, kemitraan swadaya atau Offtaker, penyediaan bibit unggul bersertifikat kepada petani, hingga program pembinaan KUD, merupakan jawaban dalam mengakselerasi peremajaan sawit petani dan memangkas ketimpangan produktivitas.
Sejak 2019, kemitraan melalui pola single management dengan perusahaan yang mengatur budidaya perkebunan sawit milik petani, mulai dari tanam ulang, pemeliharan, hingga proses panen angkut olah, telah terbukti mampu membawa produktivitas petani binaan PTPN IV di atas rata-rata standar nasional.
Baca juga: Politeknik Kampar Latih Puluhan Karyawan PTPN IV Regional III
"Indonesia telah menduduki peringkat pertama dalam produksi minyak sawit sekaligus sebagai pemilik lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Kelapa sawit sebagai industri padat karya, telah menjadi ladang ekonomi bagi jutaan penduduk Indonesia. Program-program ini yang kita harapkan terus diperluas agar produktivitas dan kesejahteraan petani meningkat," tuturnya.
Ia menjelaskan berdasarkan data Kemenko Perekonomian, komposisi pengusahaan perkebunan kelapa sawit sebanyak 41% dikelola oleh masyarakat atau sekitar 6,72 juta hektar (ha). Namun, produktivitas petani masih jauh di bawah perusahaan dengan disparitas mencapai 40-50 persen.
"Dengan program intensifikasi ini, petani akan terbantu dengan memperoleh hasil optimal selama 25 tahun ke depan sehingga secara tidak langsung akan berkontribusi positif terhadap ekonomi negara," tuturnya.
Baca juga: Susun RKAP 2025, PTPN IV Regional III Andalkan Digitalisasi dan Mekanisasi
Rurianto sendiri menilai masukan yang disampaikan Kemenko Perekonomian dalam kunjungan itu menjadi momentum bagi perusahaan dalam membantu pemerintah mendongkrak ekonomi petani.
"Kunjungan tim kedeputian memberikan kami insight baru dalam upaya membantu pemerintah memperkuat ekonomi para petani serta penguatan produksi kami dalam mewujudkan ketahanan pangan dan energi nasional," katanya.
Komentar Via Facebook :