Berita / Bisnis /
Pupuk Kimia di Riau Mahal, Pemerintah Sarankan Pakai Kotoran Ternak
Pekanbaru, Elaeis.co - Meski harga tandan buah segar di Riau cukup tinggi, belum sepenuhnya dapat dinikmati para petani. Lantaran belakangan tersebar informasi bahwa pupuk kimia justru ikut membumbung tinggi.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau Drh, Rahmat Setiyawan saat berbincang bersama Elaeis.co mengatakan sesungguhnya ada jalan alternatif untuk para pekebun yakni memanfaatkan pupuk organik limbah dari peternakan.
"Populasi ternakkan terus meningkat hingga saat ini. Nah ini bisa jadi peluang bagi para petani untuk memanfaatkan limbah atau kotoran ternak sebagai pupuk organik," terangnya Jumat (13/8).
Untuk pekebun sawit, menurut Rahmat bisa memanfaatkan urine dari ternak sapi. Malah saat ini urine sapi yang juga merupakan pupuk organik cair sudah dimanfaatkan oleh petani sawit di beberapa wilayah di Riau. Seperti di Inhu, Rohul, Siak, Kuansing, Kampar, dan Inhil.
"Sudah hampir semua kabupaten mencoba menggunakan urine sapi tersebut," katanya.
Menurutnya, kandungan urine sapi yang difermentasi tersebut sudah setara dengan pupuk kimia MPK. Namun petani bisa mendapatkan keuntungan lebih, selain dari sisi harga yang biasanya hanya dibandrol sebesar Rp2.000-2.500/liter.
Pupuk kimia dalam pengaplikasian hanya ditebar di atas tanah. Nah, pada kondisi itu terjadi penguapan yang hampir 50 persen. Sehingga tidak semuanya pupuk dapat diserap tanaman. Dibandingkan dengan urine sapi, langsung meresap ke dalam tanah dan sedikit kemungkinan terjadi penguapannya. Artinya, hampir seluruh pupuk cair organik itu bisa diserap tanaman.
"Penggunaan pupuk organik sendiri dapat meningkatkan hasil kebun sampai 35 persen dibandingkan dengan pupuk kimia," paparnya.
Selain memberikan keuntungan terhadap petani, dari sektor usaha limbah ternak merupakan peluang usaha baru.
"Di Siak ada warga yang setiap hari mengumpulkan urine sapi dari para peternak. Ia membeli dari harga Rp 700-1.000/liter. Kemudian ia tampung dan difermantesi yang kemudian dijual kembali seharga Rp2.500. Jadi ini peluang bisnis yang cukup menjanjikan," bebernya.
Penggunaan pupuk organik, menurut Rahmat juga selaras dengan program Riau Hijau yang digalakkan Pemprov Riau. Sebab limbah ternak yang sebelumnya diklaim sebagai penghasil gas metan sudah dapat diatasi dengan pemanfaatannya ke sektor perkebunan dan pertanian.
"Seluruh limbah khusus kotoran ternak dapat dimanfaatkan baik di pertanian dan perkebunan. Hanya memang harus menyesuaikan dengan kelompok tanaman yang dibudidayakan petani. Kita hadir juga dapat mensuport tentang kebutuhan pertanian perkebunan di Riau. Malah kita juga siap membantu para peternak dalam memanfaatkan limbah ternaknya untuk dijadikan pupuk organik," tandasnya.
Komentar Via Facebook :