Berita / Bisnis /
Pupuk Kimia Mahal, Pakai Pupuk Organik Saja!
Pekanbaru, elaeis.co - Direktur Jendral Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan saat krisi global, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta untuk waspada, berhati-hati dan tidak lengah dalam menyediakan pangan dalam negeri secara mandiri.
Karena itu, Kementan terus memacu peningkatan produksi di berbagai daerah khususnya Sumatera Utara dengan strategi atau cara-cara baru yang lebih maju dari tahun sebelumnya. Salah satunya, petani disarankan untuk menggunakan pupuk organik yang lebih efisien, ramah lingkungan dan murah.
"Pelajaran bagi petani semua untuk mulai menggunakan praktek-praktek budidaya yang efisien, yang lebih murah dan tentunya lebih ramah lingkungan. Untuk lahan 1 hektar kita hanya memerlukan urea 25 kg dan NPK 100 kg. Lainnya bisa dipenuhi dengan pupuk kompos atau pupuk organik. Mulailah kurangi penggunaan pupuk kimia secara bertahap, gunakan pupuk organik dan pupuk hayati untuk pertanian yang lebih baik,” kata Suwandi dalam acara webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 379 tanggal 18 Maret 2022.
Suwandi menegaskan pentingnya petani mulai menerapkan cara-cara baru dalam usaha tani dan meningkatkan produksi pangan ke depan karena sektor pertanian dihadapkan dengan berbagai tantangan besar.
Pertama, dampak pandemi Covid-19 menyerang seluruh sektor ekonomi, tak terkecuali pertanian yang turut memberikan kontribusi pada PDRB dan nilai ekspor.
Kedua, ancaman terhadap iklim ekstrim. Ketiga, perselisihan Ukraina dan Rusia yang berdampak pada naiknya harga-harga di pasar global termasuk pupuk dan sarana produksi lainnya, dimana harga pupuk komersial naik dua kali lipat dari kondisi normal.
“Selanjutnya terkait impor produk tanaman pangan, kita bisa mengatasinya dengan substitusi impor. Impor gandum substitusinya bisa dengan umbi-umbian. Ditambah lagi saat ini singkong untuk ekspor dan produk turunannya angkanya terus meningkat," jelasnya.
"Sedangkan untuk beras, sudah 3 tahun terakhir ini, sejak tahun 2019 kita tidak mengimpor beras. Pangan kita kuat. Produktivitas juga terus meningkat tiap tahunnya. Kesempatan yang baik bagi kita semua untuk melakukan terobosan. Jangan sampai ada lagi lahan-lahan tidur yang tidak dimanfaatkan," pinta Suwandi.
Di acara yang sama, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, Bahruddin Siregar menuturkan saat ini Provinsi Sumatera Utara telah mampu memenuhi kebutuhan pangan strategis seperti beras dan jagung. Ia mengaku pihaknya terus mendorong peningkatan produksi komoditas tersebut sehingga akan terus mampu memenuhi kebutuhan penduduk secara berkesinambungan.
“Namun kedepan, tantangan ketersediaan komoditas tanaman pangan akan semakin berat. Alih fungsi lahan, perubahan iklim dan minat menjadi petani merupakan tantangan yang berat dalam mempersiapkan ketersediaan pangan bagi kebutuhan masyarakat. Sehingga dengan strategi dan inovasi yang didorong Kementan kita optimis untuk mengatasinya," katanya.
Bahruddin menyebutkan strategi peningkatan produksi pangan meliputi peningkatan luas tanam dengan optimalisasi lahan dan peningkatan indeks pertanaman serta perbaikan sistem budidaya (Good Agriculture Practice/GAP). Program yang tak kalah penting untuk diterapkan adalah pengembangan sistem pertanian terintegrasi.
"Strategi ini harus ditopang dengan peningkatan kapasitas SDM pertanian, baik petugas maupun petaninya," ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Khadijah El Ramija dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara mengatakan pembangunan pertanian belum cukup kalau hanya berbicara inovasi, sarana dan prasarana, termasuk kebijakan peraturan peundangan. Yang utama adalah bagaimana meningkatkan SDM, sehingga mampu mengimplementasikan inovasi, sarana dan prasarana dengan baik dan benar.
"Sejalan dengan revolusi industri 4.0, pertanian Indonesia juga berkembang kearah pertanian modern yang memiliki karakteristik berproduksi mendekati potensi hasil, bernilai ekonomi tinggi, ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga pertanian modern ini mampu merespon dinamika lingkungan global seperti guncangan ekonomi global, perubahan iklim, bencana alam maupun bencana wabah," tuturnya.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Tavi Supriana menyebutkan pentingnya saat ini menerapkan smart farming berbasis Internet of Things (IoT) guna meningkatkan produksi pangan. Inovasi ini merupakan suatu konsep manajemen pertanian modern yang menggunakan Teknik digital untuk memantau dan mengoptimalkan proses produksi pertanian.
“Dengan smart farming, big data dikumpulkan oleh sensor pertanian pintar, sehingga ada peningkatan efisiensi bisnis melalui otomatisasi proses serta mengurangi stress pada tanaman dan manusia,” sebut Tavi.
Ketua Komisi Penyuluh Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Darma Bakti Nasution menjelaskan pentingnya menggalakan kegiatan diversifikasi pangan, disamping berbagai upaya yang dilakukan untuk peningkatan produksi padi. Keberhasilan diversifikasi pangan memberikan nilai ekonomi besar bagi masyarakat dan menjamin stok beras nasional.
"Diversifikasi pangan ini kita mulai melalui sosialisasi terhadap makanan non beras, bila kendala-kendala dalam mempertahankan produksi padi dirasa sulit dilakukan," katanya.
Komentar Via Facebook :