https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Rp 700/Kg, Memori Kelam Harga TBS yang Harus Jadi Pelajaran

Rp 700/Kg, Memori Kelam Harga TBS yang Harus Jadi Pelajaran

Petani sawit menimbang hasil panen sebelum dibawa ke ram (Dok./Adin Salihin)


Medan, Elaeis.co - Kenaikan harga tandan buah segar (TBS) secara bertahap yang telah berlangsung sejak tahun lalu diprediksi masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. Tapi petani diingatkan bahwa harga TBS tak selamanya mahal. Sejarah sudah membuktikan harga TBS pernah anjlok habis-habisan.

Ekonom sekaligus akademisi, Benyamin Gunawan, mengatakan, kenaikan harga TBS saat ini adalah berkah buat petani sawit di seluruh Indonesia. “Tapi saya sarankan uang dari penjualan sawit yang mahal saat ini sebaiknya digunakan untuk hal yang produktif," katanya kepada Elaeis.co.

Pengajar di sejumlah kampus di Medan ini menyarankan petani menggunakan uang hasil penjualan TBS secara terukur seperti memperbaiki cash flow rumah tangga, memperbaiki kondisi tanaman sawit, atau perawatan lainnya.

Ia lalu mengingatkan petani sawit akan memori kelam di tahun 2019. Saat itu, kata Gunawan, harga TBS pernah turun di bawah Rp 1.000/kg. "Seingat saya, bahkan ada petani yang menjual TBS dengan harga Rp 700/kg," ungkapnya.

Menurutnya, situasi tersebut bukan tidak mungkin akan terulang di masa depan. Karena itu meminta petani memanfaatkan kenaikan harga TBS saat ini untuk keperluan yang sifatnya produktif.

"Saat ini saya yakin harga TBS masih akan mahal, setidaknya hingga penutupan akhir tahun 2021. Tapi sejarah harga TBS murah bisa terulang kapan saja," pesannya.

Ia tidak bermaksud menakut-nakuti para petani. Kata dia, sejumlah tantangan sudah jelas ada di depan mata, salah satunya pandemi Covid-19 yang tak tahu kapan akan berakhir.

"Covid-19 membuat banyak negara masih menutup diri," ujarnya. 

Belum lagi munculnya sejumlah ketegangan politik di tingkat regional, musim dingin yang belum usai, dan potensi badai La Nina.

'Juga jangan lupakan stagflasi yang terjadi di China saat ini yang diperkirakan akan membesar dan membuat daya beli China, termasuk untuk membeli CPO kita, berpotensi turun," tegasnya.

Sekadar informasi, stagflasi adalah kondisi miring ekonomi yang terjadi bersamaan. Yakni lambatnya pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan naiknya inflasi, jumlah pengangguran, dan sejumlah kendala ekonomi lainnya. 


 

Komentar Via Facebook :