https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Rumitnya Urusan Harga Sawit

Rumitnya Urusan Harga Sawit

Tumpukan Tandan Buah Segar (TBS) milik petani yang akan diantar ke pabrik. Foto: ist


Jakarta, elaeis.co- Kemarin Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution menggelar rapat di kantornya. 

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil diajak.

Ada juga Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga dan Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan.

Yang mereka bicarakan adalah soal pengaturan harga sawit.Dua bulan lagi harga itu musti sudah kelar. 

Sahat mengatakan kalau selama ini Indonesia masih memakai CIF Rotterdam Price. Patokan ini tidak cocok dengan pungutan ekspor (levy) yang ada. 

"Kita merumuskan konsep levy dan gimana hilirisasi tetap jalan," katanya lepas pertemuan itu seperti dilansir detik.com kemarin.  

Tapi sebelum itu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kata Sahat mengkaji dulu soal harga sawit tadi. Kebutuhan petani, pasar Eropa, India dan China akan dipertimbangkan. 

"Jadi untuk solusinya, dibikin dulu studi. Dua bulan lagi studi itu sudah kelar," katanya. 

Sahat juga menyoroti tarif 5 persen yang dikenakan India kepada Crude Palm Indonesia. Gara-gara yang 5 persen itu harga sekarang kata Sahat selalu kalah dengan Malaysia. 

"Malaysia mau ambil minyak kita. CPO kita diekspor lebih murah tapi industri hilir dia jalan lantaran ada CPO dari kita," katanya.

Sebenarnya bukan cuma harga CPO di luar saja yang menjadi persoalan Indonesia. Perbedaan harga CPO yang mencolok di dalam negeri juga berpengaruh besar terhadap pola dan penjualan CPO di luar negeri. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Rino Aprino menyebut, harga CPO di Indonesia tidak sama. 

Jika di Riau misalnya harga CPO Rp7000 perkilogram, di Sulawesi justru hanya dibanderol sekitar Rp4500. Padahal kalau ditengok bahan baku dan kondisi geografis, semuanya hampir sama. 

Makanya jadi muncul kemudian pertanyaan, kok harga bisa beda jauh. "Saya pikir ini musti diberesi. Sebab harga semacam ini akan sangat berdampak terhadap harga Tandan Buah Segar (TBS) milik petani," katanya.    

 

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :