Berita / Sumatera /
Saat Mau Peremajaan, Petani Terancam Hilang Kemitraan
Medan, Elaeis.co - Sejumlah petani plasma di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan (Sumsel), sedang diliputi rasa cemas. Pabrik kelapa sawit (PKS) yang sudah puluhan tahun menjadi perusahaan inti bagi mereka, tiba-tiba hendak memutus kemitraan.
Surianto, salah seorang petani plasma yang terancam kehilangan bapak angkat itu, mengatakan, nasib para petani masih menggantung karena proses negosiasi belum membuahkan hasil.
“Masih terus negosiasi dengan PKS yang selama ini menjadi perusahaan pembina atau inti kami. Kami sangat berharap perusahaan mau kembali menjadi pembina bagi kami,” kata anggota DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Sumsel itu kepada Elaeis.co, Senin (19/7).
Menurutnya, kebuntuan terjadi karena kedua belah pihak bertahan pada pendapat masing-masing. Para petani menginginkan pola bagi hasil dilakukan berdasarkan persentase seperti yang telah dijalani selama puluhan tahun. Tapi perusahaan ingin ada perubahan.
“Kita minta pola yang ada tetap dijalankan. Namun pihak perusahaan menolak pola lama, ingin menguasai dan mengerjakan seluruh lahan sawit milik petani plasma,” bebernya.
“Dalam pola baru, pihak perusahaan ingin agar kami tinggal menerima hasil dari penjualan TBS setelah dipotong biaya produksi. Masalahnya, tidak ada kewajiban pihak perusahaan untuk transparan mengenai berapa biaya produksi yang telah dikeluarkan dan berapa yang harus diterima petani,” tambahnya.
Tentu saja para petani menolak tawaran yang disampaikan pihak PKS. Tapi pilihan itu menempatkan petani, yang nota bene bersiap mengikut program peremajaan sawit rakyat (PSR), berada di posisi dilematis.
“Kami bingung dan cemas. Kalau ikut PSR lalu tiba-tiba perusahaan inti tak mau lagi pakai pola lama, maka status plasma kami akan lepas. Tak lagi punya perusahaan inti atau offtaker, otomatis harga pembelian TBS kami di PKS akan berbeda nantinya,” pungkasnya.
Komentar Via Facebook :