https://www.elaeis.co

Berita / Serba-Serbi /

Salah Kaprah Soal Kandungan Sawit Diwariskan dari Era Kolonial

Salah Kaprah Soal Kandungan Sawit Diwariskan dari Era Kolonial

Ilustrasi (Int.)


Jakarta, Elaeis.co - Sikap lembaga ilmiah dan mayoritas orang Indonesia terkait kelapa sawit masih belum jauh dari cara pandang di zaman kolonial Belanda. Alhasil, banyak kandungan nutrisi di buah sawit tidak dimanfaatkan, justru terbuang percuma.

“Kalau yang namanya kelas, itukan gurunya ngomong apa, ya muridnya juga ngomong begitu. Di Indonesia, lembaga ilmiah mana pun, kelasnya masih kelas Belanda. Kalau keluar dari pakem itu namanya bid'ah,” ujar Ketua Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Darmono Taniwiryono, kepada Elaeis.co, Senin (4/10/2021).

Pernyataan itu dia lontarkan menanggapi masih banyaknya rumor yang mengaitkan konsumsi minyak sawit dengan munculnya beragam penyakit. 

Menurutnya, sampai sekarang masih ada lembaga ilmiah yang mengabaikan potensi nutrisi buah sawit. “Sehingga apa yang diberikan Tuhan jadi terabaikan. Padahal Tuhan punya suguhan khusus untuk umat-Nya, enggak mungkin manusia dicelakakan melalui buah sawit,” tukas Ketua Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia ini.

Buah sawit, katanya, mengandung banyak karbohidrat, lemak dengan komposisi yang lengkap, polifenol, sejumlah vitamin, dan mineral. Sawit sama seperti buah-buahan lainnya, apabila sudah matang maka memiliki komposisi gizi dan  nutrisi yang lengkap. 

“Sawit yang matang, jika dikonsumsi dengan pengolahan tertentu, akan menghasilkan asam lemak bebas atau ALB yang memudahkan kerja pankreas manusia. Jadi, ini bantuan Tuhan bagi manusia yang mau mengkonsumsi buah sawit,” katanya.

Kandungan ALB yang tinggi juga terdapat dalam keju. “Tanpa ALB, tidak ada keju. Tidak ada keju, ya tidak ada pizza,” sebutnya.

Soal sawit yang disebut mengandung banyak kolestrol, ia menilainya sebagai hoaks.

Ia lantas menjelaskan bahwa manusia sebenarnya tidak bisa hidup tanpa kolestrol. Sebab kolestrol merupakan katalisator atau kendaraan berbagai jenis hormon di dalam tubuh. LDL dan HDL atau yang dikenal secara awam dengan sebutan kolestrol jahat dan baik, menurutnya, sebenarnya bukanlah kolestrol melainkan lypoprotein dengan beragam bentuk. 

“Fat atau lemak atau kandungan lain yang berlebihan yang muncul di dalam tubuh bukan karena manusia mengonsumsi sawit, melainkan karena kelebihan gula. Termasuk yang ada dalam karbohidrat seperti nasi,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa semua buah tidak mengandung kolesterol, termasuk sawit.

“Saya sudah mengirim minyak merah sawit ke laboratorium independen. Hasilnya, nol persen kolesterol. Jadi, kalau mau disebut mengandung kolesterol, itu berasal dari makhluk yang memiliki liver atau hati, yakni hewan dan manusia,” tegasnya.

Itu sebabnya dia menyarankan masyarakat memahami benar soal sawit dan nutrisi yang terkandung di dalamnya. “Semua isu miring terkait sawit ditiupkan sebagai bagian dari perang dagang,” tandasnya.


 

Komentar Via Facebook :