https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Sawit Diganti Tanaman Lain, Pasokan TBS Berkurang

Sawit Diganti Tanaman Lain, Pasokan TBS Berkurang

Ilustrasi pengepul menimbang TBS sawit (Net)


Jakarta, Elaeis.co - Sejumlah pengepul di Lampung Selatan mengeluhkan berkurangnya pasokan tandan buah segar (TBS) dari petani swadaya. Akibatnya, pengiriman TBS ke pabrik terus menyusut. Biasanya sekali kirim sebanyak delapan ton, namun saat ini hanya sekitar lima ton.


Lukminto, salah seorang pengepul di Natar, mengatakan, sejumlah faktor mempengaruhi berkurangnya panen petani sawit. Yang paling dominan, petani sawit beralih ke komoditas pertanian lain. “Meski ada bantuan pemerintah untuk peremajaan tanaman kelapa sawit atau replanting, tapi petani memilih mengganti sawit dengan tanaman lain,” katanya, dikutip Cendana News, kemarin.


“Penyebab lain adalah karena pembagian warisan tanah. Akibatnya sebagian kebun diubah menjadi tempat mendirikan bangunan,” tambahnya.


Lukminto mengaku menjadi pengepul TBS sawit di wilayah Kecamatan Ketapang, Penengahan, Palas dan Katibung. Dulu, katanya, satu hektar kebun sawit bisa menghasilkan sebanyak dua ton TBS. Tapi lima tahun terakhir hasil panen petani menurun karena pohon sawit berkurang.


“Agar bisa memenuhi kuota muatan 5 hingga 8 ton, saya harus sering-sering menelefon para petani sawit untuk menjemput hasil panennya,” katanya.


Pengepul lain, Nizar, juga mengalami hal yang sama. “Dulu dari dua petani sawit saja bisa mengangkut 4 ton hingga 5 ton TBS. Namun semenjak berkurangnya penanam sawit, 5 ton sawit harus dikumpulkan dari enam petani,” katanya.


Harga TBS di level petani swadaya saat ini Rp 1.600/kg. Di pabrik, harga bisa mencapai Rp 1.900 hingga Rp 2.100/kg. “Kebanyakan kebun petani jauh dari akses jalan utama. Makanya ada biaya operasional. Setiap pengangkutan membutuhkan biaya sekitar Rp 200/kg, belum lagi biaya bongkar muat,” jelasnya.


“Meski pasokan dari hasil panen berkurang, tidak lantas membuat harga TBS sawit terdongkrak,” tambahnya.


Sujarwo, salah satu petani swadaya, mengatakan, satu hektar lahan bisa ditanami hingga 136 batang sawit. Namun, saat melakukan peremajaan, ia memilih mengurangi penanaman sawit. Setengah dari kebunnya ditanami dengan jagung.


“Menanam jagung menjadi cara petani agar bisa mendapat hasil panen setiap empat bulan. Hasil itu lebih cepat dibanding menanam sawit yang butuh waktu tiga tahun baru bisa panen,” katanya.

Komentar Via Facebook :