Berita / Nusantara /
Sawit Diisukan Deforestasi, Kekeringan Air, Faktanya Berbeda Lho!
Jakarta, Elaeis.co - Industri sawit terbukti secara empiris berkontribusi terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun, besarnya peran tersebut masih dipandang sebelah mata hingga timbul gerakan anti sawit atau disebut Black Champaign.
Hal ini terjadi bagian dari politik ekonomi negara importir terkait persaingan dagang antar minyak nabati lainnya. Akibat terjadinya ketimpangan informasi terkait minyak sawit yang dapat mengarahkan pada preferensi points of view tentu terhadap sawit, yang dikhawatirkan melemahkan industri sawit nasional.
Pada akhirnya menimbulkan efek domino yang negatif terhadap perekonomian, mengingat industri salah satu sektor strategis bagi perekonomian Indonesia.
Menurut Wakil Ketua GAPKI, Togar Sitanggang, hingga kini banyak kali pengkaburan (tidak seperti itu, tapi dibuat seperti itu) menyalahkan sawit hutan gundul atau disebut deforestasi.
"Secara umum benar, tetapi secara regulasi bukan itu yang dimaksud melainkan peralihan status dari status kawasan hutan menjadi non kawasan hutan," kata dia dalam webinar Palm O'Corner X Universitas Udayana 2021, belum lama ini.
Dari situ Togar Sitanggang menjelaskan, bahwa Indonesia dulunya diisukan sering terjadi deforestasi tiga lapangan bola, lima lapangan bola, hingga sepuluh lapangan bola perdetik. Kok bisa begitu, karena yang dihitung hutan.
Ia memberi contoh, hutan pada tahun 2020 ada 100 hektar. Berjalannya waktu, hutan di tahun 2021 tinggal 98 hektar. Maka terjadi deforestasi 2 hektar. Secara regulasi benar, tetapi secara fisik hutan. Pertanyaannya apakah yang 2 hektar tadi di babat? Belum tentu karena di Indonesia mengenal izin pengelolaan hutan.
Artinya begini, lanjut Togar Sitanggang, perusahan yang mendapatkan izin untuk mengelola hutan tersebut bisa menebang pohon di dalam kawasan yang diberikan itu.
"Nah.., inilah kemudian dipakai, dialihkan area penggunaan lain oleh perusahaan yang bergerak bidang perkebunan kelapa sawit. Merubah alih fungsi dari kawasan hutan menjadi areal pengguna lain," ungkapnya.
Bila terjadi penebangan hutan di Kalimantan, Papua, apakah itu deforestasi? Bukan, itu adalah bergradasi fungsi hutan. Disitulah yang paling sering menjadi salah bahwa industri kelapa sawit merusak hutan.
"Merubah fungsi, merubah status bukan menebang hutan. Jadi ada kekeliruan antara kata deforestasi secara regulasi dan umum, dan ini selalu dihebohkan. Kebanyakan kalangan lebih mendengar yang umum sehingga timbul pernyataan bahwa sawit menimbulkan penyebab dari deforestasi, semua itu tidak benar," ujarnya.
Ada lagi menyebut gara-gara sawit daerahnya kering. Itu tidak benar. Di Sumatera Utara kata Togar Sitanggang, kebun kelapa sawit sudah ada berdiri sejak 1911. Apakah daerah sana mengalami gersang karena sawit. Nyatanya tidak begitu.
"Nggak juga, terus provinsi terluas dengan sawitnya seperti Riau sebesar 3 juta hektar menjadi kerang kering kerontang sekarang. Nggak juga, tetapi selalu dikatakan gara-gara sawit terjadi kekeringan," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :