Berita / Nusantara /
Sawit Terus Direcoki Karena Iri
Jakarta, Elaeis.co - "Syukurlah sawit tidak bisa tumbuh di Eropa atau di negara dingin lainnya," kata Rismansyah.
Direktur PT Lembaga Sertifikasi Mutu Institute Startegis Berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan nama Mutu Institute itu sepertinya geram karena banyak negara barat iri melihat sawit tumbuh subur di kawasan tropis.
Menurutnya, negara-negara tropis sangat pantas bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dengan mudah. “"Sawit bagi Indonesia adalah anugerah. Anugerah ini yang tak ada dan tak bisa tumbuh di Eropa,” katanya dalam webinar bertajuk "Penerapan ISPO, RSPO, untuk Petani dan Penting Gak Sih Sertifikasi ISPO?" yang diadakan oleh Gamal's Institute, kemarin sore.
Agar anugerah tersebut tidak direcoki terus-menerus oleh negara-negara barat, Rismansyah mengajak semua pihak, termasuk para petani sawit swadaya, untuk menerapkan budi daya sawit berkelanjutan. Salah satu tanda sudah melakukan pengembangan sawit yang berkelanjutan adalah menjalani proses sertifikasi New Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
“Penerapan sertifikasi ISPO membuktikan kalau petani tidak melanggar aturan yang berpotensi menjadi bahan sorotan negara-negara anti sawit,” tukasnya.
Tuti Suryani Sirait, Asia Regional Manager Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), mengingatkan hal yang senada. Serangan oleh pihak Eropa dan Amerika terkesan karena kecemburuan terhadap sawit yang dikenal efektif dan efesien dalam berbagai hal, baik dalam penggunaan lahan maupun produktivitas buah.
Namun ia meminta semua pihak di Indonesia, termasuk kalangan petani sawit, agar tidak mengabaikan kritikan yang dialamatkan para pembenci sawit seperti hak-hak orang lokal di perkebunan sawit.
"Juga persoalan buruh atau konflik lahan, penggunaan bahan kimia berbahaya seperti paraquat yang sudah dilarang, konversi lahan, dan hal lainnya yang terkadang tuduhan itu bisa saja memiliki bukti yang kuat," kata dia.
Ia lalu mengungkapkan pengalamannya saat melakukan proses audit RSPO terhadap sebuah perusahaan sawit. Ternyata perusahaan tersebut masih terlibat konflik lahan dengan petani sawit di sekitarnya.
"Mau tak mau sertifikat RSPO yang telah dipegang perusahaan kami cabut pasca audit itu. Nah, hal-hal yang begini terkadang membuat sawit terus dihujani kritikan dari pihak luar. Karena itu saya sarankan agar perkebunan sawit di Indonesia benar-benar dikelola secara benar," tegas Tuti Suryani Sirait.
Komentar Via Facebook :