Berita / Nusantara /
Sebelum Merdeka, Indonesia Sudah Raja CPO Dunia
Jakarta, elaeis.co - Bisa jadi hanya segelintir orang yang tahu kalau tahun 1919 Indonesia sudah mengekspor sekitar 576 ton Crude Palm Oil (CPO).
Minyak itu berasal dari hasil panen kebun kelapa sawit milik perusahaan Belgia dan Jerman di kawasan Pulau Raja, Asahan dan Tanah Itam Ulu, Sumatera Utara serta Sungai Liput, Aceh.
"Waktu itu baru satu Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Sungai Liput. PKS itu dibangun pada 1918. Empat tahun kemudian berdiri lagi PKS di Tanah Itam Ulu, Kabupaten Batubara, Sumut, sekarang," cerita Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), DR. Tungkot Sipayung saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.
Cerita ini sudah juga disusun lelaki 55 tahun ini dalam bukunya setebal 200 halaman berjudul, "Politik Ekonomi Perkelapa Sawitan Indonesia".
Masa ekspor perdana ini kata Tungkot, Nigeria masih menjadi raja minyak sawit dunia. Tapi sejak 1937, mahkota itu sudah berpindah ke Indonesia.
Soalnya luas kebun kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 200 ribu hektar. "Di tahun itu Indonesia sudah menguasai 40% pasar dunia, Malaysia 30%, Nigeria 13.7%, Kongo 8,6% dan negara lainnya, 7,13%," penulis buku mitos dan fakta kelapa sawit ini, merinci.
Munculnya Indonesia menjadi raja minyak sawit dunia kata Tungkot tidak lepas dari keberhasilan Belgia dan Jerman tadi berkebun kelapa sawit.
Padahal Deli Maatschappij, perusahaan Belanda yang mula-mula menanam kelapa sawit itu di lahan seluas 4000 meter, di kawasan kebun tembakaunya di Deli Serdang.
Lantaran Belgia dan Jerman kelihatan berhasil, satu persatu perusahaan asing, nimbrung bertanam kelapa sawit, tak terkecuali Belanda dan Inggris. Alhasil, tahun 1920, sudah 34 perusahaan bertanam sawit.
Dan yang pastinya, semua pekebun sawit pertama di Indonesia adalah perusahaan asal Eropa. Lantas kenapa sekarang orang-orang di Eropa malah membenci sawit?
Komentar Via Facebook :