Berita / Sumatera /
Sederet Harap Petani Sawit Libo Jaya
Kandis, elaeis.co - Kalau saja ada sentuhan ilmu manajemen dan budidaya kelapa sawit kepada Hendrik dan kawan-kawan di Desa Libo Jaya, Kecamatan Kandis Kabupaten Siak, Riau, bisa jadi harga jual hasil panennya akan semakin moncer.
Soalnya waktu menjual hasil panennya ke tengkulak, satu kilogram cuma dihargai Rp1900. Itu lantaran produksi kebun Hendrik dan kawan-kawan disebut banyak yang mentah.
“Terus terang kami sangat membutuhkan pembinaan, biar harga jual hasil panen kami bisa lebih tinggi lagi atau sama dengan harga pasaran yang sebenarnya,” lelaki 53 tahun ini berharap saat berbincang dengan elaeis.co, dua hari lalu.
Tak berlebihan ayah tiga anak ini berharap begitu. Sebab dari sekitar 1000 hektar luas kebun kelapa sawit di Desa Libo, mayoritas sudah berumur 20 tahun. Hendrik sendiri punya empat hektar, tapi dalam sebulan, paling hanya menghasilkan 4,5 ton.
“Dengan luasan segitu, produksi perhari dari desa ini paling sekitar 80 ton. Hasil panen itu diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Libo Sawit Perkasa (LSP) yang berjarak sekitar 6 kilometer dari desa. Di sana Tandan Buah Segar (TBS) yang diantar dipotong 4%,” cerita Hendrik.
Lagi-lagi Hendrik sangat berharap mereka dapat binaan, agar usaha budidaya mereka bisa lebih berkembang dan produksi meningkat. Tak hanya binaan, lelaki ini juga berharap pemerintah terkait mau menolong mereka terkait klaim kawasan hutan yang ada.
Sebab dari cerita yang mereka dengar, kebun kelapa sawit itu berada di dalam kawasan Hutan Produksi Tetap (HP).
“Selama ini memang kami tidak tahu kalau kami ini berada di dalam kawasan hutan. Setelah ada info dari kantor desa barulah kami tahu. Memang, kabarnya desa sudah mengajukan pelepasan, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” cerita Irmawati.
Perempuan 53 tahun ini sama seperti Hendrik, petani kelapa sawit di desa itu. Untuk menyambung hidup, ibu 6 anak ini mengelola 4 hektar kebun.
Komentar Via Facebook :