https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Sejak Awal Januari, 248 Hektare Lahan Terbakar di Riau

Sejak Awal Januari, 248 Hektare Lahan Terbakar di Riau

Kepala BPBD Riau Edwar Sanger


Pekanbaru, Elaeis.co - Sejak awal Januari 2020 hingga saat ini, luas hutan dan lahan terbakar di Riau mencapai 248,95 hektare. Itu tersebar di 8 kabupaten dan kota di Riau.

"Karhutla terjadi 8 daerah di Riau dengan luas lahan terbakar bervariasi. Ada yang 4  hektare, ada juga 82 hektare yang terbakar. Total semuanya mencapai 248,95 ha lahan terbakar sejak awal Januari 2020," ujar Kepala BPBD Riau Edwar Sanger, Selasa (23/2).

Edwar menjelaskan, lahan terbakar itu paling luas di Kabupaten Bengkalis, yakni mencapai 82 hektare. Selanjutnya disusul Siak 45 ha, Kota Dumai 40 ha, dan Indragiri Hilir juga 40 ha.

"Lalu di Kabupaten Pelalawan 26 ha,  Kepulauan Meranti 4 ha, Indragiri Hulu 5 ha dan Rokan Hilir 5 ha," kata Edwar.

Sebagai upaya pemadaman itu, tim gabungan dari TNI, Polri, BPBD dan Manggala Agni dibantu RPK dari perusahaan di sekitar lokasi kebakaran seperti PT Sumatera Riang Lestari.

Sementara itu, Kapolda Riau Irjen Agung Setya Imam Effendi mengatakan, beberapa pointers arahan Presiden Joko Widodo yang harus segera dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan.

"Bapak Presiden telah memberikan pengarahan dan penekanan kepada kita semua untuk kita harus memprioritaskan upaya pencegahan dan tidak terlambat dalam menangani titik api, itu penekanan pertama arahan Bapak Presiden," kata Agung.

Pucuk pimpinan Polri di Riau menjelaskan, presiden meminta manajemen pelaporan titik api agar terkordinasi semua pihak. Caranya dengan mengupdate kondisi harian dengan memanfaatkan tehnologi.

Untuk pengantisipasi Karhutla, harus melibatkan para Bhabinkamtibmas, Babinsa dan masyarakat peduli api.  

Karena penyebab utama Karhutla adalah faktor manusia dengan motif ekonomi. Penataan ekosistem gambut agar tetap dilakukan dengan menjaga tinggi permukaan air gambut.

"Arahan presiden jangan membiarkan api membesar, jangan terlambat memadamkan, agar direspon dengan cepat," jelasnya.

Penggunaan water boombing (bom air) hanya bila api sudah besar dan tidak terkendali, karena mengoperasionalkan water boombing memerlukan biaya besar.

"Penegakan hukum pelaku karhutla dilakukan tanpa kompromi. Kita akan langsung tancap gas dengan berkoordinasi dan bersinergi dengan semua pihak dan lebih memaksimalkan lagi penggunaan aplikasi Dashboard Lancang Kuning," kata Agung.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :