https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Sejak Juni 2023 Petani Sawit di Manokwari Biarkan TBS Membusuk, Ini Penyebabnya!

Sejak Juni 2023 Petani Sawit di Manokwari Biarkan TBS Membusuk, Ini Penyebabnya!

Teks Foto: Sejretaris DPW Apkasindo Papua Barat Dorteus Paiki dan ribuan petani sawit swadaya di Papua Barat tak bisa lagi menjual TBS mereka. (Foto: dok)


Manokwari, elaeis.co - Dorteus Paiki dan ribuan petani sawit swadaya di Kabupaten Manokwari hanya bisa mengelus dada, pasrah selama sekitar sembilan bulan terakhir.

"Bulan Juni 2023, pabrik sawit milik terbakar. Sejak itu hingga sekarang, kami tak bisa lagi mengirim TBS ke sana," kata Dorteus Paiki, seorang petani sawit di Kabupaten Manokwari, kepada elaeis.co.

Dorteus Paiki saat ini juga didaulat sebagai Sekretaris DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Papua Barat (Pabar).

Adapun pabrik sawit milik Medco yang dimaksud Dorteus Paiki adalah PT Medcopapua Hijau Selaras. 

"Sampai sekarang pabrik itu belum bisa terima TBS dari kami yang tergabung dalam Koperasi Arfak Sejahtera," kata Dorteus Paiki menambahkan.

Pihaknya tidak pilihan lain selain membiarkan TBS mereka membusuk begitu saja di kebun sawit. 

"Pabrik kelapa sawit (PKS) milik PT Medcopapua Hijau Selaras adalah satu-satunya PKS di Manokwari. Ke pabrik inilah kami selalu menjual TBS kami," kata Dorteus.

Pihaknya tidak mungkin menjual seluruh TBS mereka ke Kabupaten Teluk Bintuni yang juga menjadi sentra perkebunan kelapa sawit di Provinsi Papua Barat. 

"Di sana memang ada lebih dari satu PKS, tapi butuh enam jam ke Teluk Bintuni. Itupun harus melewati laut, cost-nya lebih besar. Enggak mungkin kan kalau kami jual ke sana," kata dia.

Lantas, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan hidup? 

Kata Dorteus, petani sawit di Kabupaten Manokwari hanya duduk diam saja, tak bisa berbuat lebih banyak.

"Kami tinggal tunggu air turun dari langit, kami biarkan saja TBS dari 2.400 hektar yang berproduksi itu membusuk atau kering di pohon sawit," kata dia.

Ia mengatakan Pemprov Papua Barat dan Pemkab Manokwari juga tak bisa berbuat banyak terhadap nasib sekitar 5.000 petani sawit di Manokwari.

Kata dia, para petani yang sedang mengikuti Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) masih punya pilihan untuk bertahan hidup dengan menggelar kegiatan tumpangsari di kebun sawit.

"Teman-teman yang ikut Program PSR itu sekirar 1.500 petani. Mereka masih bisa tanam dan jual jagung, kedelai, dan labu. Ada yang beli. Dari situ mereka bertahan hidup," kata dia.

"Yang masalah adalah yang belum ikut Program PSR, mengandalkan nafkah hidupnya dari TBS. Dan ini jumlahnya lebih banyak lagi," kata dia.

Pihaknya pun semakin putus asa karena mimpi untuk memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) terganjal regulasi dari Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan).
 

Komentar Via Facebook :