Berita / Nasional /
Selain Dukung Pemulihan Ekonomi, Kelapa Sawit Juga Antisipasi Dampak Resesi
Bali, elaeis.co - Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo memprediksi bahwa tahun depan menjadi tahun yang berat bagi Indonesia. Malah ada prediksi terjadinya resesi.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono Mengatakan, usai dua tahun diguncang pandemi Covid-19, tantangan bagi industri kelapa sawit sangat luar biasa akibat dari dinamika perekonomian dunia.
Isu geopolitik seperti Perang Rusia dan Ukraina serta prediksi bakal terjadi resesi ekonomi dan pangan tahun depan masih akan membayangi dinamika negara-negara penghasil minyak kelapa sawit.
"Sebetulnya persoalan itu justru bisa menjadi peluang bagi Industri kelapa sawit. Hal ini karena dalam situasi bullish harga CPO global juga sangat menguntungkan," kata Joko saat memberikan sambutan dalam upacara pembukaan 18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook di Bali International Convention Center (BICC), Kamis (3/11).
Dengan begitu, lanjutnya, ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memainkan peran penting dalam mengarahkan industri sawit. Sebab akan selalu berdampak pada bagaimana industri akan berjalan.
Sementara Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto dalam gelaran yang sama juga mengatakan kelapa sawit menjadi komoditas yang tangguh di masa pandemi Covid-19, kontribusi kelapa sawit tidak lepas dari perekonomian Indonesia. Indonesia menguasai sekitar 58% pangsa pasar minyak sawit dunia dan pemanfaatannya tidak lebih dari 10% total land bank global untuk minyak nabati.
Saat ini, Indonesia mampu memproduksi 40% dari total minyak nabati dunia. Berdasarkan hasil penelitian, memproduksi 1 ton kelapa sawit hanya membutuhkan lahan seluas 0,3 hektare. Dengan jumlah produksi yang sama, minyak nabati lain seperti minyak rapeseed membutuhkan lahan seluas 1,3 hektare, minyak bunga matahari dengan luas 1,5 hektare dan minyak kedelai dengan luas 2 hektare.
"Hal ini menjadikan komoditas kelapa sawit lebih unggul dari komoditas pesaing minyak nabati lainnya, yang memiliki produktivitas lebih tinggi, namun lebih sedikit lahan yang digunakan untuk memproduksi kelapa sawit," kata Airlangga saat memberikan sambutan.
Airlangga menegaskan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi dalam menopang pemulihan ekonomi. Tidak hanya pada aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan masyarakat dengan peraturan yang diterapkan secara efektif seperti, instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan Tahun 2019-2024, yang akan menjadi peta jalan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait, yang bertujuan untuk menyeimbangkan pembangunan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Dan pada akhirnya Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia untuk memastikan dan meningkatkan pengelolaan serta pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan prinsip dan kriteria ISPO, meningkatkan penerimaan dan daya saing kelapa sawit berkelanjutan dan produk di pasar nasional dan internasional, serta memperkuat upaya percepatan penurunan emisi gas rumah kaca.
Sementara itu, Chairperson IPOC Mona Surya mengungkapkan, tahun ini event internasional sawit dunia ini diikuti oleh 1.462 peserta dari 21 negara.
Sampai saat ini, kegiatan yang telah dilakukan adalah pameran industri kelapa sawit dan welcome cocktail.
Menurut Mona, banyaknya peserta yang hadir menunjukkan bahwa bahwa IPOC menjadi hal yang menarik bagi para pelaku usaha sawit global.
Komentar Via Facebook :