Berita / Bisnis /
Semangat Petani Bangkit, Terbukalah Usaha Penangkaran Bibit
Medan, Elaeis.co - Petani sawit di Kecamatan Wotu dan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, seakan kehilangan gairah mendapati hasil kebun yang tak sesuai harapan. Bibit yang tak jelas menyebabkan produktifitas rendah, terlebih saat usia tanaman sudah tergolong tua. Apalagi harga tandan buah segar (TBS) sangat murah.
“Dulu, itulah beberapa problem utama para petani sawit di sana,” ungkap Narling SP, pegawai di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (diskoperindag) Kabupaten Luwu Timur, dalam webinar "Rahasia Sukses Mengembangkan Usaha Pembibitan Berbasis Koperasi: Touring Perkebunan KSU Agro Mandiri Utama Luwu Timur" yang diadakan oleh Gamal's Institute, Senin (14/6) sore.
Meski persoalan itu terlihat jelas, namun pemerintah daerah setempat tidak menemukan solusi. Momentum untuk merubah keadaan muncul saat Presiden Joko Widodo meluncurkan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Menyadari bahwa PSR membutuhkan bibit yang berkualitas, pemerintah daerah dan para petani lantas menginisiasi pendirian KSU Agro Madiri Utama yang bergerak di bidang penangkaran bibit sawit resmi dan tersertifikasi. “Kami mendirikannya dengan semangat gotong royong. Tahun 2019 kami sudah bisa menangkarkan 27.000 bibit sawit berkualitas dari PPKS Medan,” papar Narling.
Dapat bantuan pemerintah plus mudah mencari bibit berkualitas, petani kembali bergairah. “Sejak ikut program PSR, para petani sawit di tempat kami bangkit lagi. Masalah asal usul bibit teratasi dengan bibit unggul dari PPKS Medan,” katanya.
Narling saat ini menjadi pegawai yang ditempatkan oleh Diskoperindag Luwu Timur di KSU Agro Mandiri Utama dan melakoni peran sebagai supervisor atau pembina. “Bibit yang disediakan KSU Agro Mandiri Utama umumnya dijual kepada petani peserta PSR yang tergabung dalam sembilan kelompok tani binaan Dinas Pertanian Luwu Timur,” ungkapnya.
Ketua KSU Agro Mandiri Utama, Syamsul Bahri, menambahkan, saat ini jumlah peserta PSR terus bertambah dan bibit PPKS Medan ternyata sangat digemari. “Bibit PPKS Medan sangat efesien dan efektif, per pokok biayanya cuma Rp 200 sampai Rp 400,” jelasnya.
“Melihat tingginya permintaan, kami terus menambah luas lahan penangkaran, juga dengan pola gotong-royong,” tambahnya.
Belakangan investor terus berdatangan ke Luwu Timur membangun perkebunan sawit baru dan mendirikan pabrik kelapa sawit (PKS). Semangat petani pun semakin menjadi-jadi. “Bayangkan, tahun lalu, waktu masih satu atau dua PKS di Luwu Timur, harga TBS cuma Rp 500 per kilogram. Itu sebabnya banyak kebun sawit tak dirawat petani,” kata Syamsul.
Sekarang, harga TBS melambung jadi Rp 1.800 per kilogram seiring banyaknya permintaan TBS dari PKS. “Memang tanaman yang di-replanting kemarin belum bisa dipanen. Tapi bertambahnya PKS membuat petani mau merawat kembali tanaman sawitnya yang sudah tua. Harga Rp 1.800 per kilogram itu merupakan kenaikan yang luar biasa,” tukasnya.
Drastisnya perubahan gairah petani membuat Syamsul dan pengurus optimis bisnis KSU Agro Utama Mandiri akan semakin berkembang. “Kesadaran petani sawit menggunakan bibit yang tersertifikasi semakin tumbuh, PKS sebagai buyer akan melirik TBS dari bibit yang bagus,” katanya.
Komentar Via Facebook :