https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Semua Terbayar karena Rp2 Ribu

Semua Terbayar karena Rp2 Ribu

TBS sawit Anwar diangkat dari seberang Sungai Kampar. Foto: Sahril


Kampar, elaeis.co - Kebun kelapa sawit seluas 3 hektare itu sempat tidak dipanen selama dua bulan lantaran hanya dihargai Rp700-an per kilogram.

Anwar Syahputra pun lebih memilih untuk tidak memanen sawit dan membiarkannya membusuk di pohon kala itu.

Menurut ayah dua anak ini, dengan harga segitu dirinya rugi. Sebab, hasil penjualan tidak sebanding dengan modal yang akan dikeluarkan setiap manen.

Apalagi, letak kebun sawit warga Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar ini tidak seperti petani sawit lainnya. Sebab, letaknya di sebrang Sungai Kampar.

Biaya yang dikeluarkan setiap kali panen pun cukup besar. Tidak hanya ongkos tukang panen, biaya angkut perahu motor juga dikeluarkan cukup besar untuk mendaratkan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke tepi sungai.

"Kalau harganya Rp700-an per kilogram, tekor. Sebab, total biaya yang dikeluarkan per kilogram setiap kali manen Rp650. Artinya, saya hanya dapat sekitar Rp50 per kilogram kala itu. Mending busuk lah buah sawit itu. Biarlah tidak panen," kelekar Anwar saat berbincang dengan elaeis.co di Kampar, Rabu sore kemarin.

Namun, cerita harga sawit segitu tidak lagi dirasakan lelaki 43 tahun ini. Sebab saat ini harga sawitnya sudah dibeli Rp2.000 per kilogram. 

"Sekarang, sudah enak. Makin semangat awak ke ladang. Sebab sampai di sebrang sini, harga sawit Rp2.000 per kilogram. Tak tekor lagi," ujarnya.

Jika dihitung-hitung, harga segitu setidaknya Anwar mengantongi setidaknya Rp1.350 per kilogram setiap kali panen.

"Nah, kalau biaya operasional habis sekitar Rp650 per kilogram. Tentu duit yang dibawa pulang Rp1.350 per kilogram. Jadi, sudah oke lah," kata dia.

Memang tidak dipungkiri, dengan harga pupuk kimia yang mahal saat ini juga membikin Anwar agak tercekik. Namun, untuk mensiasati agar hasil kebun tetap moncer, Anwar menggunakan pupuk organik setiap 4 bulan sekali.

"Iya, kadang pakai abu janjang. Kalau enggak pakai tankos sawit. Pokoknya disiasati lah. Kalau pakai pupuk kimia, sama saja tak untung. Sebab harga pupuk kimia jenis NPK saat ini, mendekati Rp1 juta per saknya," ujarnya.
 

Komentar Via Facebook :