Berita / Nusantara /
Sertifikasi Diduga Cuma Kedok, Eropa Ingin Sawit Murah
Medan, Elaeis.co - Sekelompok orang di dua kota di Inggris, yakni Kota Dorchester dan Bournemouth, telah meluncurkan sebuah inisiatif terkait sawit berkelanjutan. Dari penelusuran Elaeis.co, Jumat (6/8), gerakan inisiatif ini dinamakan Efeca.
Efeca merupakan akronim dari Economics, Climate, and Environment. Efeca mengklaim bahwa mereka tidak anti sawit, namun ingin memastikan bahwa minyak sawit yang dijual di Inggris bersumber dari perkebunan sawit yang berkelanjutan.
Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Dr Ir Tungkot Sipayung, menilai kehadiran kelompok itu membuktikan terbelahnya masyarakat Eropa menyikapi produk sawit, termasuk yang berasal dari Indonesia.
Menurutnya, konsumen di Eropa bisa diklasifikasikan menjadi dua kelompok. "Yang pertama adalah konsumen anti sawit. Mau sawitnya sustainable atau tidak, kelompok ini tidak mau tahu. Mereka tetap anti sawit," kata Tungkot.
Kelompok ini, kata Tungkot, sangat ingin setiap makanan yang mereka konsumsi berlabel bebas minyak sawit atau palm oil free (POF).
"Dan prinsip mereka ini enggak bisa ditawar. Kelompok ini juga sangat mudah dipengaruhi oleh NGO atau pihak-pihak anti sawit," jelasnya.
Kelompok yang kedua adalah konsumen yang bersedia mengonsumsi bahan pangan atau kosmetik yang mengandung sawit yang berkelanjutan atau sustainable. Artinya banyak syarat yang harus dipenuhi, termasuk tersertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Lucunya, walau sudah berlabel RSPO, minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang terserap oleh konsumen di Eropa tidak banyak-banyak amat. Cuma sekitar 5 juta ton per tahun.
"Hanya sekitar 45 sampai 50 persen dari sekitar 10 sampai 14 juta ton CPO bersertifikasi RSPO yang terserap per tahun di Eropa," beber Tungkot.
Melihat gelagat kedua kelompok konsumen itu, Tungkot menduga bahwa Eropa sebenarnya mencoba mengakali bagaimana supaya harga minyak sawit menjadi lebih murah.
"Dugaan saya, mereka di Eropa ingin harga minyak sawit yang semurah-murahnya," katanya.
Lalu, apa gunanya sawit murah jika daya serap konsumen rendah?
Tungkot mengaku mendapatkan informasi bahwa minyak sawit yang dibeli Eropa diekspor lagi ke negara lain melalui Belanda yang selama ini menjadi pusat penentu harga CPO global.
"Saya melihat mereka sebenarnya enggak butuh semua sertifikasi itu. Target mereka, yang penting harganya murah," kata Tungkot sambil tertawa.
Komentar Via Facebook :