Berita / Nasional /
Siasati Perawatan Kebun dengan Pupuk Organik Berkualitas Mentereng
Jatim, elaeis.co - Melambungnya harga pupuk masih menjadi momok bagi petani kelapa sawit. Tidak jarang petani mensiasati pemupukan dengan mengurangi takarannya bahkan tidak melakukan pemupukan sama sekali.
Melihat kondisi itu, Ketua Komite Tetap Perkebunan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sulawesi Selatan, Sulaiman H Andi Loeloe pun berencana akan menggandeng perusahaan pupuk organik, PT Angputra Global Organik.
Perusahaan yang berlokasi di Pasuruan Jawa Timur (Jatim) ini memproduksi pupuk organik bermerek XPK Fertilizer, Biocompos, Angputra Fertilizer dan Angbio.
"Ini langkah kita mengawali awal tahun 2023. Dimana kita fokus di sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit di Sulsel. Langkah ini adalah upaya kita mengatasi kelangkaan ketersediaan pupuk non subsidi yang terjadi di Sulawesi," ujar Sulaiman kepada elaeis.co, Jumat (6/1).
Sulaiman yang juga merupakan Sekertaris Jenderal DPP APKASINDO Perjuangan ini mengatakan, pemilihan pupuk organik punya alasan tersendiri. Yaitu selain untuk memperbaiki kualitas tanah di perkebunan juga akan mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi.
Ini akan dilakukan secara perlahan untuk mewujudkan program ISPO bagi perkebunan yang ramah lingkungan.
"Untuk awal ini kita menargetkan semester pertama 2023 pupuk organik ini sudah dapat dimanfaatkan oleh petani di Sulawesi. Baik itu Sulawesi Selatan, Barat, Tengah dan Utara," ujar Direktur Utama PT Tunas Pacciro Agro Celebes tersebut.
Bukan hanya di Sulawesi, pihaknya juga menargetkan pupuk organik ini dapat dimanfaatkan pula di wilayah Sumatera dan Kalimantan, terutama di wilayah sentra perkebunan kelapa sawit.
Menurutnya, penggunaan pupuk organik ini dapat membantu petani. Karena harganya lebih terjangkau ketimbang harga pupuk kimia non subsidi.
"Fungsinya bukan hanya memperbaiki tanah, namun juga meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil kebun. Kalau harga tentu lebih terjangkau. Misalnya NPK Rp13.000/kg, pupuk organik ini hanya sekitar Rp8.000/kg," bebernya.
"Dengan harga tersebut tentu petani akan lebih terbantu. Harga yang murah bukan sertamerta kualitasnya rendah, tapi lantaran bahan baku melimpah di dalam negeri. Harapan kita ini langkah untuk mengurai permasalahan pemupukan di perkebunan kelapa sawit," imbuhnya.
Komentar Via Facebook :