Berita / Nasional /
SPKS Dorong Petani Tingkatkan Produktivitas dan Kelembagaan
Jakarta, elaeis.co - Meski harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit saat ini belum stabil usai dicabutnya larangan eksport CPO (crude palm oil) oleh pemerintah, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) terus mendukung petani untuk meningkatkan produktivitas kebun kelapa sawit.
Diinformasikan Sekjen SPKS Mansuetus Darto kepada elaeis.co, saat ini harga TBS rata-rata bertengger diangka Rp2.150/kg dan terendah dibandrol seharga Rp1.600/kg. Masih terjadi selisih harga sebesar 20%.
"Kita optimis harga TBS masih akan meningkat. Untuk itu kita menghimbau agar petani semangat dan terus meningkatkan produktivitas kebun kelapa sawitnya," ujarnya dalam keterangan tertulis diterima elaeis.co, Senin (8/8).
Bukan hanya terus memberikan dukungan terhadap petani kelapa sawit, SPKS juga mendorong pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembangunan kelembagaan petani sawit swadaya. Sehingga petani dapat bermitra dengan pabrik kelapa sawit dalam penyediaan bahan baku.
Dengan begitu lanjut Darto, perbedaan harga TBS antara petani plasma dan swadaya tidak terlalu jauh. Menurutnya, fluktuasi harga TBS itu sangat rentan terjadi di sektor kelapa sawit. Lantara sawit merupakan orientasi pasar dan dominan ekspor.
"Jika terjadi masalah di lini pasar, maka akan berdampak ke harga TBS. Ini adalah resiko komoditi ekspor. Tetapi bagaimana pun, para petani sudah mengelola sawit, dan harga TBS petani tetap harus dijaga agar bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani," kata dia.
"Hal itu yang mesti dijelaskan kepada para petani sawit oleh pemerintah dengan tidak menjanjikan target harga TBS. Namun pemerintah tetap diminta untuk melakukan stabilitasi pasar sawit dengan mendorong dan mempercepat kelapa sawit berkelanjutan agar sawit Indonesia tetap memiliki prospek positif di level global," bebernya.
Pihaknya juga meminta Kemenko bersama BPDPKS untuk mempercepat program penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) para petani di daerah. Salah satunya bekerjasama dengan dinas-dinas perkebunan Daerah.
Harapannya, terdapat sumber daya manusia yang hebat di level para petani untuk menerapkan sistem budidaya perkebunan yang tepat.
"Namun tetap dibantu dengan program penyediaan pupuk yang terjangkau oleh petani. Kendati harga tidak stabil, pemerintah tetap dapat mendistribusikan pupuk murah kepada para petani di daerah yang dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab. Saat ini pupuk masih mahal, berkisar Rp700 ribu sampai Rp800 ribu per karung," pungkas Darto.
Komentar Via Facebook :