Berita / Nusantara /
Sudah Berduit Sebelum Panen Sawit
Siak, elaeis.co - Enam tandan pisang itu langsung diserahkan Budi Santoso kepada Ketua Umum Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung di Pekanbaru, Sabtu (22/1).
Pisang yang diserahkan merupakan hasil penanaman tanaman sela (tumpang sari) di lahan yang tengah mengikuti program peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kampung Sialang Sakti, Kecamatan Dayun, Siak.
Sudah belasan kali petani yang tergabung dalam Gapoktan Manunggal Sakti itu memetik hasil tumpang sari ini. Tidak hanya pisang, manisnya duit porang, jagung dan semangka juga sudah dirasakan petani di lahan seluas empat hektare tersebut.
"Bukan kelompok yang nanam. Petani yang tergabung dalam Gapoktan yang langsung menanam. Dari dulu sudah dijualin hasilnya. Entah beberapa kali sudah panen. Yang diserahkan ke Pak Gulat, sebagai contoh bahwa di kita juga sukses tumpang sari," kata Ketua Gapoktan Manunggal Sakti, Budi Santoso saat berbincang dengan elaeis.co melalui telepon seluler, Sabtu malam.
Sebetulnya kata Budi, dulu banyak petani yang tergabung dalam kelembagaan yang dipimpinnya melakukan tumpang sari. Namun menjelang tanaman menghasilkan (TM), tumpang sari harus dikurangi karena menggangu tanaman utama (sawit).
"Rata-rata yang tahap satu, banyak petani kita yang lakukan tumpang sari. Dulu ada yang sempat nanam kedelai, jagung dan lainnya. Jelang TM, dikurangi. Petani yang tanam pisang itu juga begitu, karena sudah TM, dikurangi juga. Sebab menggangu tanaman utama (sawit)," ujarnya.
Budi menjelaskan, total luas lahan yang tergabung dalam Gapoktan Manunggal Sakti 208 hektare dan semuanya tengah diremajakan. "Tahap pertama 126 hektare dan tahap kedua 82 hektare. Lahan yang seluas 82 hektare itu masih P1 sekitar lima bulan," kata dia.
Dulu, Gapoktan ini lanjut Budi tergabung dalam KUD Palma Jaya. Ada 26 kelompok tani waktu itu yang tergabung dalam KUD tersebut. Khusus untuk wilayah Kampung Sialang Sakti, total luas lahan yang dikelola KUD Palma Jaya waktu itu seluas 1.208 hektare.
Namun, ada lima kelompok tani yang terpisah dari KUD itu dan tergabung ke Gapoktan Manunggal Sakit. Sayangnya dalam perjalanan, beberapa petani hengkang dan mengelola lahannya sendiri-sendiri, sementara sebagiannya lagi bertahan di Gapoktan mengikuti program PSR dari BPDPKS.
Komentar Via Facebook :