https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Sudah Saatnya Petani Mampu Mengembangkan Diri Jadi Entrepreneur di Bidang Agribisnis

Sudah Saatnya Petani Mampu Mengembangkan Diri Jadi Entrepreneur di Bidang Agribisnis

Anggota DPR-RI, Fadli Zon. (Foto: dpr.go.id)


Jakarta, elaeis.co - Dari sisi sumber daya manusia, sudah saatnya petani di Indonesia mampu mengembangkan diri menjadi seorang entrepreneur dalam bidang agribisnis

"Selama ini kita memang luput membangun para entrepreneur, karena pemerintah kita lebih suka menggantungkan motor pembangunan di tangan para konglomerat," ujar anggota DPR RI, Fadli Zon.

Fadli mengatakan itu memanfaatkan momentum HUT ke-50 Himpunan Kerukunan Tani Indonesia yang jatuh pada Kamis (27/4). HKTI
merupakan hasil fusi dari empat belas organisasi tani yang ada di Indonesia pada saat itu.

Padahal, menurut Fadli, kalau belajar dari pengalaman Korea Selatan, yang berhasil mentransformasi petaninya menjadi entrepreneur, para petani kita mungkin bisa semaju Korea Selatan.

Persoalan itulah, sambungnya, yang mestinya mendorong Indonesia menerima gagasan pentingnya mentransformasikan petani kita menjadi seorang entrepreneur, atau tepatnya seorang agripreneur.

"Jika Indonesia berhasil mentranformasi petani menjadi pengusaha, maka tinggal selangkah lagi bisa menciptakan Samsung versi Indonesia, Hyundai versi Indonesia, atau LG versi Indonesia," ungkap Fadli, dilansir website resmi DPR-RI.

Pada bagian lain, politisi Partai Gerindra ini mengatakan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani, perlu didorong para petani bisa menciptakan nilai tambah.

"Namun, sebelum itu dilakukan, kebutuhan sarana dan prasarana pertanian untuk para petani harus tercukupi terlebih dahulu," tandas Fadli yang juga Ketua BKSAP DPR RI ini. 

Nilai tambah, tutur Fadli, memang merupakan isu utama kesejahteraan petani. Dari sisi produksi, petani Indonesia ke depan tak boleh hanya mengerjakan pertanian di level on farm saja, namun harus juga menguasai off farm.

Fadli juga mengatakan, meskipun petani sering dipuji sebagai tulang punggung perekonomian, namun pada kenyataannya tingkat kesejahteraan petani Indonesia masih sangat rendah.

Dalam sepuluh tahun terakhir, misalnya, baru pada tahun 2022 lalu Nilai Tukar Petani (NTP) bisa melampaui NTP tahun 2013. 

Sebagai catatan, pada 2013 NTP ada di angka 104,92, sementara pada 2022 lalu NTP ada di angka 107,33. Artinya, dalam rentang 10 tahun terakhir, kecuali pada 2022 silam, level kesejahteraan petani kita konsisten berada di bawah level tahun 2013. Ini tentu saja menjadi kenyataan memprihatinkan.

Komentar Via Facebook :