https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Tadi Siang, BPDPKS Minta Ini Kepada Rakyat Indonesia

Tadi Siang, BPDPKS Minta Ini Kepada Rakyat Indonesia

Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS, Kabul Wijayanto. foto: tangkapan layar


Jakarta, elaeis.co - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) meminta kepada semua masyarakat Indonesia untuk sama-sama menjaga dan melestarikan sawit. 

Sebab saat ini, Indonesia telah menjadi penghasil minyak  sawit nomor satu di dunia, sawit telah menjadi icon dan marwah Bangsa Indonesia lantaran 40% persen minyak nabati dunia, berasal dari Indonesia. 

Dari sisi bisnis, Indonesia telah menguasai lebih dari 50% pasar minyak nabati dunia. Begitulah kata Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Airlangga Hartarto, saat menjadi keynote speaker di webinar tadi siang.      

"Dulu kita penghasil rempah nomor satu dunia. Sekarang icon itu sudah tidak ada lagi. Kami berharap sawit tidak mengalami nasib seperti itu. Untuk itulah, yuk kita bersama-sama menjaga sawit," pinta Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS, Kabul Wijayanto, saat didapuk berbicara mewakili Dirut BPDPKS, Eddy Abdurrachman pada webinar Peran dan Strategi Komunitas Sawit Dalam Mendukung Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang digelar wartaekonomi, tadi siang. 

Baca juga: Menko Ekonomi: Tiap Tahun Sawit Indonesia Menyerap 2,2 Miliar Ton Karbon. Hutan?

BPDPKS sendiri tak sekadar meminta, namun sejak dia lahir 6 tahun lalu, sederet upaya untuk menjaga, menopang dan memajukan industri kelapa sawit, sudah dilakukan. 

Mulai dari riset pengembangan industri hilir dan segala kebaikan sawit, dilakukan. Maklum, meski sederet kebaikan sawit sudah digelorakan, bahkan oleh ilmuwan asing, sederet isu negatif masih saja terus berpendar seperti; sawit penyebab hilangnya hutan tropis, sawit tak sehat dan bahkan sawit dituding mempekerjakan anak di bawah umur. 

Mandatori biodiesel juga sudah sukses dilakukan. Hingga saat ini mandatori itu telah sampai di level B30. B30 ini menjadi upaya yang luar biasa dan paling maju di dunia  lantaran negara-negara maju saja mandatori biodieselnya paling tinggi masih di level B10. Oleh B30 ini pula, penurunan emisi karbon telah terjadi; saban tahun mencapai 23,3 juta ton. 

Untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan pekebun, sampai tahun ini, Badan Layanan Umum (BLU) milik Kementerian Keuangan ini sudah menggelontorkan lebih dari Rp10 triliun duit untuk Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). 

Separuh dari total duit itu sedang proses penggelontoran lantaran duit itu dianggarkan tahun ini untuk proses PSR seluas 180 ribu hektar. 

Sembari program PSR itu berjalan, dari 2016, pekebun dan anak-anak pekebun sawit pun diberikan beasiswa untuk kuliah di enam kampus di Pulau Jawa maupun Sumatera, mereka boleh memilih diploma satu sampai diploma empat. Sampai tahun lalu, sudah lebih dari 2.600 orang yang sudah lulus.      

Sarana dan prasarana bagi pekebun sawit juga sudah disiapkan. "Saat ini kami sedang menerapkan program cepat penyaluran dan tepat sasaran. Untuk ini kami telah bersinergi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Pemerintah Daerah (Pemda)," ujar Kabul.    

Sembari melakukan monitoring dan evaluasi atas program yang ada supaya terus on the track, mendorong kemitraan antara perusahaan dan pekebun juga terus dilakukan. 

Tak berlebihan sebenarnya BPDPKS membikin permintaan seperti di atas tadi. Sebab sederet kebaikan sawit, telah membikin tanaman asal Mauritius Afrika itu, sangat layak untuk dipertahankan. 

Dari sisi penggunaan lahan, sawit lebih hemat. Dia cuma butuh 0,3 hektar untuk menghasilkan satu ton minyak. Tidak seperti koleganya rapeseed yang butuh 1,3 hektar, bunga matahari 1,5 hektar dan soybean yang malah butuh 1,7 hektar. 

Jadi jangan heran kalau saat ini, meski luas kebun kelapa sawit Indonesia hanya 16,38 juta hektar, tapi produksinya sudah mencapai 65 juta ton pertahun. 

Beda dengan soybean yang luasnya 122 juta hektar, produksinya hanya 45,8 juta ton. kebun Bunga matahari yang luasnya mencapai 25 juta hektar, produksinya hanya 15,9 juta ton per tahun. Lalu rapeseed yang luasnya 36 juta hektar, cuma menghasilkan 25,8 juta ton per tahun. 

Kalau kemudian bicara jumlah pupuk yang terpakai, lagi-lagi sawit akan menjadi kebun yang paling sedikit menghabiskan pupuk.

Satu hal yang paling penting, Robert Henson, seorang ahli ekofisiologi asal Oklahoma City, Amerika Serikat yang melakukan penelitian kelapa sawit di Malaysia 21 tahun lalu bilang, bahwa Satu hektar kebun kelapa sawit menyerap 64,5 ton karbon dan menghasilkan 18,7 ton oksigen. 

Serapan karbon oleh sawit ini jauh lebih besar ketimbang serapan satu hektar tutupan hutan yang hanya 42,4 ton dan oksigen yang dihasilkan cuma 7,1 ton per hektar.  

Meski kelebihan sawit dalam menjaga keseimbangan alam itu sudah nyata-nyata, namun tetap saja ada yang mengatakan bahwa keanekaragaman hayati di sawit dan hutan, pasti berbeda dan itu betul.

Hanya saja, tentu ada baiknya diricek kembali, meski Indonesia sudah punya sawit 16,38 juta hektar, namun tutupan hutannya berdasarkan data potensi desa, masih mencapai 86 juta hektar, masih nomor dua terluas di dunia kata Guru Besar IPB, Prof. Yanto Santosa, dalam sebuah webinar. Masih memiliki ragam hayati yang luar biasa.   
   

Komentar Via Facebook :