Berita / Nasional /
Tak Hanya Bikin Ricuh, Beasiswa Sawit Juga Bikin Panik. Lho?
Jakarta, elaeis.co - Biasanya, kalau anak-anak lolos beasiswa full pembiayaan, mereka akan sumringah dan bangga. Sebab segala sesuatunya sudah tersedia, termasuk jemputan dari bandara tujuan. Istilah katanya, mahasiswa tinggal bawa badan saja.
Tapi untuk Beasiswa Sawit yang katanya full pembiayaan ini, rupanya tak seperti itu. Anak-anak yang sudah dinyatakan lulus justru musti membiaya sendiri dulu dirinya hingga sampai ke kampus tujuan. Pemondokan juga harus ditalangi sendiri dulu.
Inilah yang membikin para anak petani dan buruh sawit dari seantoro nusantara panik. Selain lantaran belum pernah ke kampus tujuan, mereka juga harus mengusahakan duit dulu.
"Tidak ada penjemputan dari bandara tujuan. Soal biaya yang dikeluarkan calon mahasiswa, nanti BPDKS yang mengurusi pembayarannya," begitulah omongan admin panitia Beasiswa Sawit yang ditelepon oleh admin Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo). Jawaban ini sontak membikin kaget.
"Namanya juga anak-anak kampung, berangkat sendiri itu rawan. Belum lagi harus mendahulukan biaya, ini sangat memberatkan. Iya kalau segera diganti, tapi ini kan reimburse nya bisa sampai 6 bulan,” Ketua Umum DPP- Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung merutuk dalam konfrensi pers yang digelar di Sekretariat DPP Apkasindo di kawasan Thamrin Jakarta, kemarin.
Saking paniknya anak-anak itu kata lelaki 49 tahun ini, 22 DPW Apkasindo se-Indonesia sampai-sampai berkirim surat ke DPP Apkasindo mempertanyakan soal Beasiswa Sawit itu.
Sementara sebelumnya, Gulat sudah dijejali pertanyaan soal proses seleksi Beasiswa Sawit yang menurut banyak pihak penuh dengan masalah.
Baca juga: Beasiswa Sawit; Antara Aroma Proyek, Ego dan Sya la la
Makanya, untuk membahas kepanikan tadi, dua hari lalu Pengurus Harian DPP Apkasindo menggelar rapat virtual. “Ada tujuh catatan penting yang kami buat terkait beasiswa sawit tahun ini. Ini sebagai bentuk empaty dan tanggungjawab kami sebagai organisasi petani sawit yang sudah berumur 22 tahun,” kata doktor ilmu lingkungan Universitas Riau ini.
Yang jelas kata ayah dua anak ini, kalau memang kampus penyelenggara tidak siap dengan kekhususan (affirmative action) beasiswa ini, sebaiknya tahun depan dicoret saja dan kami akan memastikan hal ini,” suara lelaki ini terdengar tegas.
“Kami akan datangi kampus-kampus penyelenggara beasiswa itu. Anak-anak di sana, baik yang masih baru maupun mahasiswa angkatan tahun lalu, akan kami tanyai soal pelayanan yang diberikan kampus dan BPDPKS,” tambahnya.
Tahun ini, ada tujuh kampus yang akan menjadi penyelenggara pendidikan mahasiswa program beasiswa sawit BPDPKS-Ditjenbun itu; Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY), Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta, Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI) Medan, Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB) Bekasi, Politeknik Kampar, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) Bekasi dan Politeknik LPP Yogyakarta.
Ke tujuh kampus inilah nanti 1000 mahasiswa baru yang lolos seleksi tahun ini, datang. Angka ini meningkat dari tahun lalu yang hanya sekitar 600 orang.
Komentar Via Facebook :