Berita / Sumatera /
Tak Semua Pabrik di Subulussalam Punya Lahan
Aceh, Elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit milik petani di Kota Subulussalam, Provinsi Aceh, tidak semua dihargai tinggi. Alasannya, karena sampai saat ini belum ada petani swadaya yang bermitra dengan pabrik kelapa sawit (PKS).
Menengok polemik itu, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam pun angkat suara. Ketua Apkasindo Kota Subulussalam, Ir Netap Ginting menilai belum bermitra yang menjadi alasan sejumlah pabrik tersebut tidak masuk akal.
"Kalau alasannya itu, memang tidak masuk akal. Soalnya, saat perusahaan mendapatkan izin mendirikan pabrik, harus ada bermitra dengan petani swadaya maupun plasma. Kalau tidak bermitra, mana bisa keluar izin operasinya. Kontek bermitra antara petani dengan perusahaan bersedia memberikan bahan baku atau TBS ke yang bersangkutan (pabrik)," kata Netap kepada Elaeis.co melalui telepon seluler, kemarin.
Netap Ginting mengaku tidak semua pabrik kelapa sawit (PKS) di daerahnya memiliki perkebunan. Dari 10 pabrik yang beroperasi di sana, hanya tiga PKS yang punya perkebunan sendiri.
"Hanya Sopindo, PT Delima Makmur dan Napkasindo di Singkil yang punya perkebunan. Selebihnya, pabrik sawit di sini tidak punya perkebunan sendiri dan hanya bertahap pada hasil pertanian sawit masyarakat," kata dia.
Untuk diketahui, di Kota Subulussalam, hanya sebagian pabrik minyak sawit yang membeli tandan buah segar (TBS) milik petani setempat dengan harga lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Harga sawit di daerah ini dihargai Rp1.950/Kg. Bahkan ada yang dibawah harga tersebut. Padahal, secara keseluruhan harga yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Aceh, Rp2.251/Kg. Namun hal itu tidak berlaku di daerah Kota Subulussalam.
Komentar Via Facebook :