https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Tak Tahan Bersaing Dengan Tukang Langsir, Terpaksa Beli Solar Ketengan

Tak Tahan Bersaing Dengan Tukang Langsir, Terpaksa Beli Solar Ketengan

Truk antre minyak solar di SPBU di Jambi. Foto: Juan/elaeis.co


Tebo, elaeis.co - Membeli solar ketengan di warung pinggir jalan sudah menjadi hal yang lumrah bagi petani sawit dan tengkulak atau pengepul di Kabupaten Tebo, Jambi. Mereka rela membeli lebih mahal ketimbang antri di SPBU.

Wanto, salah seorang petani di Kecamatan Tebo Ilir mengatakan, pendistribusian minyak jenis solar sudah lama jadi persoalan di daerahnya. 

"Masalahnya minyak solar lebih banyak dibeli tukang langsir dari pada umum. Tukang langsir belinya pakai  truk yang tangkinya dimodifikasi, ada juga yang pakai jerigen. Nanti mereka jual lagi ke truk-truk lain," katanya, Minggu (18/9).

Karena persediaan menipis, maka antrean di SPBU tak terhindarkan. Angkutan sawit pun harus berebut dengan truk-truk angkutan batu bara. "Truk pengangkut sawit sering tak kebagian karena terlambat antre," tukasnya.

"Truk sawit harus standby di loading ramp, tak ada waktu mau antre lama-lama menunggu solar. Kalau pun pergi ke SPBU, sudah di antrean terakhir," tambahnya.

Kondisi itulah yang jadi alasan Wanto dan tengkulak lainnya membeli solar ketengan.

"Memang rugi kalau beli solar eceran. Isi 30 liter saja, harganya hampir Rp 400 ribu. Padahal kalau beli di SPBU dengan uang segitu bisa dapat 60 liter. Itulah problem di Tebo Ilir," keluhnya.

Setelah pemerintah menaikkan harga solar, maka para pengepul di Tebo Ilir pun menghitung ulang biaya angkut sawit dan biaya lain-lainnya.

"Ongkos naik, biasanya 1 ton Rp 80 ribu sekarang sudah Rp 100 ribu. Biaya bongkar muat juga sudah naik, dari yang biasanya Rp 300 ribu permobil menjadi Rp 400 ribu," bebernya.

"Karena itu tadi, beli solarnya mahal. Kalau perjalanan ke loading ram jauh, minyak banyak habis," tambahnya.
 

Komentar Via Facebook :