Berita / Nusantara /
Tamatan Perguruan Tinggi Tak Perlu Gengsi Jadi Petani
Bengkulu, elaeis.co - Kebanyakan petani kelapa sawit di Provinsi Bengkulu tidak menyandang gelar sarjana. Yang mengenyam pendidikan tinggi sangat minim. Hal ini diduga karena anak muda lulusan perguruan tinggi lebih memilih menjadi pegawai negeri atau karyawan perusahaan.
Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bengkulu, Aizan mengatakan, bagi kebanyakan tamatan perguruan tinggi, menjadi karyawan di sebuah perusahaan dinilai lebih menjanjikan ketimbang menjadi petani. Mereka menganggap menjadi petani itu repot karena harus mengurus kebun setiap hari.
“Ada pula yang tadinya berstatus anak petani ingin mengubah nasib, tak mau jadi petani karena pendapatan dianggap tidak seberapa," katanya.
Namun dia menilai cara pandang seperti itu keliru. Dia meminta tamatan perguruan tinggi tidak ragu menjadi petani kelapa sawit karena profesi ini cukup menjanjikan.
"Petani kelapa sawit sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang kehadiran teknologi membuat bertani semakin mudah dibanding dulu. Makanya pemuda tidak perlu ragu," ujarnya.
Teknik budi daya juga terus berkembang. Petani yang ingin lebih cepat panen, bisa menjalankan metode tanam bibit usia 6 bulan. “Sistem ini jauh lebih mudah dibanding cara konvensional karena tidak harus menunggu kelapa sawit dari kecil. Jadi dengan sistem ini, petani bisa lebih cepat menghasilkan," sebutnya.
Dia yakin menjadi petani sawit bisa memberikan pendapatan yang cukup bagi seorang yang bergelar sarjana. “Tidak ada kata malu menjadi petani kelapa sawit karena potensinya sangat besar untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan. Terbukti banyak petani sawit sukses," tukasnya.
“Lagi pula kalau makin banyak sarjana yang jadi petani, maka perkebunan kelapa sawit di Bengkulu akan semakin maju. Saya yakin akan banyak terobosan-terobosan yang mereka hasilkan untuk mengembangkan kelapa sawit. Makanya kami mendorong sarjana yang masih muda-muda menjadi petani sawit," tutupnya.
Komentar Via Facebook :