https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Tanam Sawit Tapi Menyesal, Para Petani Akhirnya Pilih ini

Tanam Sawit Tapi Menyesal, Para Petani Akhirnya Pilih ini

Sosialisasi Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Desa Pulai Gading, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Muba (Foto: Pulung Kalbuari, Penyuluh Perkebunan Disbun Muba)


Sekayu, Elaeis.co - Para petani sawit swadaya yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa (KUD) Kencana, Desa Pulai Gading, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, hanya bisa mengelus dada selama beberapa tahun. Pasalnya, pohon sawit yang mereka tanam tidak memberikan hasil seperti yang dibayangkan. 

"Ada yang baru tanam tahun 2015, yang tertua paling usia 10 tahun," kata Nyamiran, anggota KUD Kencana yang juga Kepala Dusun VI Desa Pulai Gading, kepada Elaeis.co, Kamis (28/10/2021) siang.

Menurutnya, sawit yang mereka tanam berasal dari benih yang dijual murah dan penjualnya datang ke desa mereka. Ada juga pemberian dari teman atau tetangga.

Di Dusun VI Pulai Gading, katanya, terdapat sekitar 200 hektar perkebunan sawit milik 100 warga. "Saya sendiri punya tiga kapling atau sama dengan enam hektar," sebutnya. 

Belakangan ini Nyamiran dan anggota KUD Kencana makin sering membicarakan peremajaan kebun atau replanting. Bahkan ketika Dinas Perkebunan Kabupaten Muba dan BPDPKS menggelar sosialisasi Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Balai Dusun VI, mereka berbondong-bondong menghadirinya.

Menurut Nyamiran, penyebab utama mereka ingin ikut PSR yakni tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan dari pohon sawit yang tak jelas asal-usulnya itu tidak pernah maksimal.

Dia optimis para petani bisa ikut program PSR karena legalitas lahan mereka cukup kuat, mayoritas sudah bersertifikat dan bebas dari konflik. "Sementara ini yang kami ajukan ikut PSR sekitar 50 sampai 100-an hektar," jelasnya.

Pulung Kalbuari, Penyuluh Perkebunan dari Dinas Perkebunan Muba, yang dihubungi Elaeis.co secara terpisah, mengakui rendahnya produktivitas kebun sawit milik warga Dusun VI Desa Pulai Gading.

"Hanya menghasilkan 10 ton per hektar per tahun. Makanya mereka ikut PSR, karena menyesal menggunakan bibit abal-abal. Sudah begitu, kebun mereka sering kebanjiran saat Sungai Ketawang meluap. Akibatnya pohon sawit yang berkualitas rendah itu banyak yang mati," bebernya.

Menurutnya, Dinas Perkebunan Muba mendukung penuh keinginan petani mengikuti PSR. "Makanya kemarin sengaja diutus sejumlah pejabat yang terkait, seperti Neli Elita SP MSi dan Rahmad Hidayat, menyosialisasikan PSR kepada mereka," katanya.

Neli adalah Kepala Unit Pengelola Teknis (UPT) Perlindungan Pemasaran dan Pengembangan Perkebunan Kecamatan (P4K) Bayung Lencir, Tungkal Jaya, dan Kecamatan Sungai Lalan. Sedangkan Rachmat adalah Kepala Seksi Produksi Dinas Perkebunan Muba.

"Saya yang mengajak dan ikut mendampingi para petani sawit agar ikut sosialisasi itu dan bisa memahami proses PSR," jelasnya. 


 

Komentar Via Facebook :