https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Tanaman Karetnya Ditumbang, Petani ini Yakin Sawit Lebih Menjanjikan

Tanaman Karetnya Ditumbang, Petani ini Yakin Sawit Lebih Menjanjikan

Bekas kebun karet milik Abdul di Desa Sibur-bur, Paluta, baru saja ditanami kelapa sawit. Foto: Ist.


Gunung Tua, elaeis.co - Saat harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di awal bulan Maret lalu melambung tinggi, masyarakat di Desa Sibur-bur, Kecamatan Dolok, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Sumatera Utara (Sumut), membulatkan tekad mengganti kebun karet mereka dengan tanaman kelapa sawit.

Abdul, warga Sibur-bur, mengatakan, petani karet di desa itu sebenarnya sudah lama berniat mengganti karetnya dengan sawit. Namun selama ini mereka mempertimbangkan akses jalan ke kebun yang tidak bisa dilalui truk. Jaraknya pun cukup jauh ke pedalaman.

"Tapi itu tak kami pikirkan lagi, sekarang bagaimana meningkatkan perekonomian keluarga. Soal jalan, kan bisa dilangsir kalau nanti sawit sudah produksi. Pasti ada jalan," katanya kepada elaeis.co, Rabu (1/6) siang.

Karena keterbatasan modal, dia dan petani lainnya menangkarkan sendiri kecambah sawit yang dibeli di Medan. Bibit sawit itu mereka besarkan sebelum tanaman karet ditumbang.

"Kalau beli bibit dari luar, butuh biaya cukup besar, pasti tidak mampulah. Bayangkan jika harga bibit Rp 25.000/per pokok lalu ditambah ongkos kirim, sudah berapa. Makanya kami bikin bibit sendiri," ujar ayah empat orang anak ini.

Abdul mengaku empat hektar kebun karetnya yang berusia 13 tahun sudah diganti dengan kelapa sawit.

"Sudah lama saya memprediksi harga sawit akan mencapai puncaknya. Tapi itu tadi, karena akses jalan ke pelosok desa tidak diaspal atau diperbaiki, kami jadi khawatir mau menanam sawit. Padahal kalau dari dulu ditaman, sudah ikut menikmati harga sawit yang melambung kemarin," tukasnya.

Dia berharap Pemkab Paluta tanggap terhadap buruknya instrastuktur jalan di pelosok Desa Sibur-bur dan desa sekitarnya.

"Minimal diperbaiki supaya kendaraan roda empat bisa masuk ke kebun. Masyarakat sudah ramai tanam sawit, malah sudah ada yang produksi," katanya.

"Selama ini pun harga karet jadi murah gara-gara jalan rusak. Kalau di kecamatan misalnya Rp 10.000/kg, di desa cuma Rp 7.000/kg. Kalau nanti sawit masyarakat banyak yang produksi, tentu berdampak juga pada harga TBS karena ongkos langsirnya mahal," tambahnya.

 

Komentar Via Facebook :