Berita / Nusantara /
Tantangan Eksportir CPO Bukan Pasar Global, tapi Regulasi
Jakarta, elaeis.co - Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi, mengungkapkan tantangan yang dihadapi para pengusaha sepanjang tahun 2022 ini.
Menurutnya, banyak hal yang membuat para pengusaha di sektor komoditas kelapa sawit harus putar otak tahun ini.
Dia mengatakan, Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan dari kelapa sawit, merupakan komoditas yang sangat strategis bagi Indonesia. Apalagi Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia, sekaligus eksportir terbesarnya.
"Tantangannya itu sebenarnya bukan pada tantangan pasar global. Karena kita tahu, dalam persaingan pasar minyak nabati global, itu sudah semakin sulit lah menyaingi produktivitas dan efisiensi dari komoditas minyak sawit ini," kata Tofan dilihat elaies.co dalam wawancara bersama CNBC Indonesia.
"Artinya, ketika bersaing dengan minyak nabati yang dihasilkan oleh negara-negara lain, seperti di Eropa dan negara-negara di Amerika, sawit semakin sulit ditandingi," tambahnya.
Menurut Tofan, tantangan yang dihadapi para eksportir minyak sawit saat ini adalah tantangan dalam negeri, yang justru berasal dari pemerintah. Yakni tantangan regulasi.
Di mana sepanjang tahun 2022 ini, banyak regulasi yang menurutnya menghambat kinerjanya ekspor minyak sawit.
"Justru tantangan kita adalah tantangan kebijakan. Karena kita tau, sejak awal tahun 2022, karena ada isu terkait dengan minyak goreng, kemudian banyak kebijakan yang saat ini posisinya agak menyulitkan kita dalam melakukan kegiatan ekspor," ujarnya.
Menurut Tofan, seharusnya pemerintah Indonesia bersama seluruh stakeholder yang berkaitan dengan industri minyak sawit, dapat melihat potensi pasar dunia akan kebutuhan minyak sawit ini.
Laku kemudian memanfaatkan potensi itu dengan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat memperlancar kinerja ekspor minyak sawit itu sendiri. Bukan cuma itu, kebijakan-kebijakan yang diambil juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sawit sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dunia dan terutama dalam negeri.
"Kalau kita melihat bagaimana negara-negara di dunia ini sangat membutuhkan minyak sawit, seharusnya seluruh stakeholder dalam industri minyak sawit yang ada di Indonesia, ini muara kebijakannya, muara komitmennya, adalah bagaimana kita memanfaatkan momentum permintaan yang sanga tinggi dari pasar luar negeri ini. Bahkan kalau bisa menggali potensi pasar lain seperti ke Eropa Timur," tandasnya.
Komentar Via Facebook :