Berita / Sumatera /
Tekan Biaya Produksi, Petani Sawit Diajak Pakai Pupuk Organik
Bengkulu, elaeis.co - Petani sawit di Provinsi Bengkulu masih dihadapkan dengan persoalan mahal dan langkanya pupuk kimia. Banyak petani merasa terbebani karena pemupukan harus dilakukan rutin setiap empat bulan untuk menjaga produktivitas sawit.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Rosmala Dewi SP MSi, mengaku prihatin terhadap masalah ini dan menawarkan solusi agar petani sawit beralih menggunakan pupuk organik.
Saat ini, untuk membeli pupuk kimia seperti TSP, KCL, dan Urea, petani harus merogoh kocek hingga Rp 5 juta untuk kebutuhan satu hektar. Padahal normalnya dulu hanya mencapai Rp 2,5 juta per hektar.
"Kami bisa merasakan beratnya beban petani memenuhi biaya pembelian pupuk. Makanya kami berharap mereka beralih ke pupuk organik," katanya, Selasa (12/9).
Menurutnya, pupuk organik tidak hanya lebih mudah diperoleh, tetapi juga jauh lebih terjangkau dari segi harga. Itu artinya pupuk organik hemat.
"Dengan pupuk organik, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani hanya sekitar Rp 500 ribu per hektar," sebutnya.
Selain manfaat ekonomisnya, penggunaan pupuk organik juga memiliki dampak positif pada lingkungan. Pupuk organik lebih ramah lingkungan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat merusak tanah dan air.
"Dengan beralih ke pupuk organik, petani sawit di Bengkulu juga dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem," tambahnya.
Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama dengan berbagai pihak terkait saat ini tengah menggalakkan sosialisasi dan pelatihan tentang penggunaan pupuk organik kepada petani sawit.
"Diharapkan dengan upaya ini, petani sawit di Bengkulu dapat beralih ke pupuk organik dan mengurangi beban finansial mereka dalam urusan pemupukan," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :