Berita / Sumatera /
Tentang PT BIM yang Tak 'Ramah' dengan Warga Dayun
Siak, elaeis.co - Sebetulnya, sejak pertama beroperasi tahun 2014 silam, masyarakat Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau, berharap lebih dengan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), PT Berlian Inti Mekar (BIM).
Harapan awal, berdirinya anak perusahaan Mahkota Group Tbk di daerah itu bisa mendongkrak ekonomi masyarakat dari semua lini. Baik UMKM, tenaga kerja maupun CSR-nya.
Namun, apa daya, harapan tujuh tahun silam itu sirna dengan sikap manejemen perusahaan yang terkesan 'ogah bekawan' dengan masyarakat sekitar.
"Dulu, saat saya baru menjabat 2 tahun sebagai RT di Kampung Dayun ini, perusahaan berjanji, akan memprioritaskan anak tempatan bekerja. Tapi, mana buktinya. Anak saya saja, tak bisa kerja di sana," kata ayah lima anak ini berurai air mata saat bincang-bincang dengan elaeis.co, Minggu (21/2).
Mestinya kata Umar, kalau perusahaan peduli, masyarakat desa akan terbantu. Boro-boro, merekrut tenaga kerja tempatan, Corporate Social Responsibility (CSR)-nya saja kata Umar, tidak pernah dinikmati masyarakat.
"Dulu tahun 2018, pernah dikumpulkan KTP kami (warga). Adalah sekitar 40 KTP. Kata perusahaan, ada bantuan, tapi sampai detik ini tak kunjung datang," kata kakek berumur 53 tahun ini.
Satu hal lagi yang membikin Umar jengkel, petani minta solid atau tangkos yang sejatinya limbah kelapa sawit pun tidak diberikan.
"Dibeli pun susah. Padahal, rata-rata buah sawit yang mereka olah, dari hasil petani di Kecamatan Dayun. Mereka lebih baik jual ke luar limbah seperti tangkos dan solid tadi. Perusahaan hanya beri asap pabrik tiap hari ke masyarakat," kata dia.
Yang dikatakan Umar juga dibenarkan M Sanusi. Warga Kampung Banjar Seminai, Kecamatan Dayun ini mengatakan, asap yang dimuntahkan dari cerobong pabrik semakin parah tiap harinya.
"Kalau tak percaya, tengok saja di pagi hari, atau habis sore jelang Magrib. Makin parah," kata pria 28 tahun ini.
Bahkan, kata Sanusi, tak sering pula rumahnya dihujani abu bekas pembakaran tangkos sawit perusahaan.
"Kayak turun salju rumah saya. Padahal abu janjang yang turun. Abu janjang itu, tangkos sawit yang dibakar. Jarak rumah saya dengan PKS itu sekitar 2 kilometer. Itu saya, bagaimana dengan warga yang tinggal berjarak 1 kilometer dengan PKS. Sebab, ada, warga yang tinggal dengan jarak segitu. Pasti lebih parah lagi kan," kata dia.
Bahkan, lantaran sangking jengkelnya, kata Sanusi, pada Juli 2019 lalu, ia pernah memposting foto cerobong asap di media sosialnya, dan langsung dipanggil oleh pihak perusahaan.
"Saya awalnya engak mau dipanggil ke kantor mereka. Saya arahkan ke salah satu warung kopi di sini (Kecamatan Dayun), kita pun jumpa. Mereka tanya, kenapa posting-posting soal itu ke Facebook. Saya jawab, saya punya anak kecil di rumah, dan sudah sering sakit gara-gata asap pabrik," ujarnya.
Bahkan kata Sanusi, ia mengajak orang perusahaan ke rumahnya, agar yang disampaikannya itu benar adanya.
"Saya ajak ke rumah. Mereka engak mau. Alasan mereka, cerobong pabrik itu selalu diuji tim ahli pertiga bulan sekali. Itu kan kata mereka, sebab saat uji cerobong itu tidak disaksikan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan," kata dia.
"Padahal, berkali-kali saya sampai, akibat asap itu, anak saya sakit. Saya hanya mampu bawa ke Puskesmas, tidak mampu bawa ke rumah sakit. Tapi, tak juga ada bantuan dari perusahaan," kata dia.
Camat Dayun, Novendra Kasmara juga mengamini yang disampaikan kedua masyarakat tadi. Ia mengatakan, sudah beberapa kali menyampaikan keluhan warga kepada pihak perusahaan. Namun tidak diindahkan.
"Udah sering saya sampaikan. Tapi tak ditanggapi. Padahal pernah juga saya bilang ke manejemen perusahaan, jangan nanti ada gejolak dari warga gara-gara kasus asap itu. Jika gejolak, entah itu di demo atau apalah namanya, tentu merugikan semua pihak. Tapi, tak di open apa yang saya sampaikan ini," kata Novendra.
Terkait hal ini, elaeis.co mencoba mengkonfirmasi kepada Humas PT BIM, Resdianto. Sayangnya, nomor handphonenya tidak aktif. Begitu juga SMS dan pesan WhatsApp yang dikirim belum dibalas hingga berita ini diterbitkan.
Komentar Via Facebook :