https://www.elaeis.co

Berita / Komunitas /

Siulan Merdu Dekan FISIP-UNRI Sempena PKKMB 2023 

Tiga Dosa Besar dan Hak Kesulungan Ilmu

Tiga Dosa Besar dan Hak Kesulungan Ilmu

sebahagian para mahasiswa dan mahasiswi baru FISIP UNRI. Foto: ist


Pekanbaru, elaeis.co - Sejak subuh, berpusu-pusu generasi calon pemimpin bangsa menusuk ke jantung peradaban ilmu Riau. Inilah kawah candradimuka bernama Unri (Universitas Riau). Setelah penyambutan sehari sebelumnya pada skala Universitas, gegap gempita penyambutan dalam program Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) disambung ke tingkat Fakultas selaku taman pembalajaran sains.  

Di taman ilmu FISIP sendiri, PKKBM dipusatkan di Auditorium Sutan Balia, dengan penambahan tenda raksasa di depan teras auditorium, berlangsung akrab, hingar bingar, penuh emosi ceria dan ihwal tak terduga.

Lebih kaya aksentuasi bak penyambutan para pelancong; tanpa ceramah demagogi, tanpa lomba pidato para petinggi. Dominasi bermain lebih dikedepankan. Meng-arus-utamakan sisi bermain dalam keceriaan dan candaan untuk menyampaikan pesan.  

FISIP meletakkan dunia bermain sebagai jalur penyapaan empatik antar sesama umat manusia (homo ludens). Mengelak dari segala bentuk kekerasan perpeloncoan, termasuk kekerasan verbal dan bahasa tubuh. 

Ketua Senat FISIP UNRI, Prof. Yusmar Yusuf, Dekan FISIP UNRI, Dr. Meyzi Heriyanto bersama sejumlah dosen. foto: ist

Yang disambut ini adalah para pemimpin masa depan yang mesti diserbuk oleh sejumlah “kecerdasan” intelejentif demi mengencani sekaligus memuaikan “benang sari” kehidupan.

Dekan FISIP-UNRI, Dr. Meyzi Heriyanto melontar satu candaan kepada seluruh mahasiswa baru yang berhimpun di lantai auditorium. Bahwa ada tiga dosa besar yang tidak boleh ada dan melintas di arena kampus ini. 
Dosa pertama, perundungan (bullying). Dosa kedua,  kekerasan seksual. Dan dosa ketiga adalah intoleransi. 

Tiga jenis dosa inilah yang berkapasitas menjadi media pangkal skandal peradaban yang memurukkan sekaligus menjatuhnya sebuah bangsa dan kebudayaan ke jurang terkelam.

“Bersatu, Lebih Baik”; Fisip bersatu, lebih baik. Inilah cogan, inilah tagline, dan ini juga adalah motto untuk mengaktualisasi azam besar kepemimpinan era Meyzi. Usungan mahkotanya adalah semangat untuk bersatu (spirit of unity dan bahkan need to unity). 

Dengan bersatu, dengan berhimpun dalam semangat “al insanu hayawanun madaniyun”  (manusia adalah makhluk yang senang berhimpun dan berkaum) membuat kita akan beroleh kekuatan, keperkasaan dalam merancang dan membangun masa depan peradaban. Dalam frasa Latin dia disapa “Unitum Melius” (Bersatu Lebih Baik). 

Penandatanganan kesepahaman bersama. foto: ist

Lewat desakan yang kuat untuk bersatu, akan terbangun “kaidah sekeluarga dan senasib” dalam menimba ilmu selama di “rumah kehangatan” bernama FISIP. 

Lewat kaidah ini, akan terhindar dari segala bentuk intervensi banalitas media, terutama media sosial yang bermata dua itu. Dia membawa fadhilat, sekaligus mudarat bagi kehidupan. Muara dari mudarat itu bisa berbentuk tiga dosa besar yang disebutkan tadi. Tekan Dr. Meyzi penuh semangat.

Saiman Pakpahan, selaku Ketua Panitia (Wakil Dekan Bidang Mahasiswa dan Alumni) mengelu-elu kehadiran mahasiswa dalam rasa bangga yang menyentak akal kesadaran keilmuan dan masa depan bangsa. Pada bahu kalian lah masa depan pembangunan bangsa Indonesia direbah dan disandarkan. 

Secara kuantitas, terjadi peningkatan sekitar 30% jumlah mahasiswa yang diterima di FISIP tahun ini. Tercatat 1.069 orang mahasiswa yang mendaftar ulang. Selaku pimpinan yang mengurus kemahasiswaan, Saiman memperkenalkan elemen, satuan kelompok minat, bakat, termasuk kelembagaan mahasiswa yang ada di kampus sebagai wadah berkreasi dan pengembangan intelektualisme juga demokrasi.

Senada gemuruh digitalized, Dekan dan para Wakil Dekan 2 (Dr. Mayarni) dan Wadek 1 (Dr. Auradian Marta) mendorong terbangunnya “masyarakat jejaring” berawasan progresif, intelejentif. 

Mampu mengenderai juga berselancar secara lincah dan cergas di atas gelombang digital dalam semangat masyarakat jejaring yang membaharu, penuh toleransi, bisa dengan bijak dan waskita menyikapi tema pluralisme kehidupan Indonesia yang berpembawaan “terberikan” (taken for granted) itu.

FISIP selaku Fakultas tertua di UNRI mengenggam  “Hak Kesulungan” dalam segala sisi. Sulung dalam karya sains, sulung dalam keunggulan tata-kelola, sulung dan unggul dalam kewaskitaan akan kemajemukan latarbelakang sosial, sulung dan unggul dalam tradisi ilmu, yang beranak-pinak dalam jentera sains; seminar, diskusi, riset, koloium, lokakarya, yang melibatkan segala elemen yang eskalatif.  

Selain itu, sulung dan unggul dalam akuntabilitas dan transparansi tata-kelola keuangan demi kinerja institusi yang bermartabat. Menempatkan segenap stake holder dan civitas akademika dalam ruang penyapaan selaras-setara (semangat partisipatoris). Bahwa setiap individu yang terlibat dalam kerja-kerja intelektual dan pengasuhan akademik, memperoleh kesempatann dan ruang yang setara, baik apresiasi keilmuan maupun apresiasi pendapatan. 

Inilah, tafsir analogis yang boleh dipersambungkan dengan kaidah dan “hak kesulungan” itu. FISIP hadir dan tampil dalam semangat yang senantiasa bergelora, menuju kadar serba lebih baik dan lebih baik (Unitum Melius). Semua kerja yang dipersembahkan oleh para mahasiswa, tenaga kependidikan dan para alumni yang ditumpahkan pada sebuah bidang ruang Sutan Balia ini, mengusung julangan agung: “Networking Society and Collaborative Pluralisme”. Demikian ujar lelaki 47 tahun itu.

Di sela kehebohan pentas seni mahasiswa, acara ini ditandai dengan penandatanganan komitmen zona integritas bagi Fisip dari kecenderungan dan perbuatan korupsi pada semua sisi dan level. 

Majelis acara yang ciamik ini digenapkan dengan kehadiran Ketua Senat FISIP Prof. Yusmar Yusuf, mantan Rektor Unri Prof. Ashaluddin Jalil, Dr. Belly Nasution (Ketua LPPMP Unri), segenap Wakil Dekan 1, 2 dan 3. 
Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, para dosen, mahasiswa, alumni dan tenaga kependidikan. Suasana diperkaya oleh videografi hasil karya tim kreatif fisipol tentang infoemasi FISIP Selayang pandang sejak berdiri hingga kini. 

Ternyata, menyapa dalam cara “bermain” ujar Johan Huizinga lebih menyentuh sisi dan alam kanak-kanak yang tesimpan dalam memori manusia. Walau seorang dewasa sekalipun. Setiap kita memiliki dimensi kanak-kanak, yang hanya bisa ditebus lewat sejumlah permainan. 

Dari sini Ihwal “Homo Ludens” itu menjadi pertimbangan strategis dalam menyelami dan melayani alam manusia. 



 

Komentar Via Facebook :