Berita / Lingkungan /
Ulat Bulu Bikin Heboh, BNPB dan Damkar Sampai Turun Tangan
Jakarta, Elaeis.co - Serangan ulat bulu di Kecamatan Negara tepatnya di Kelurahan Loloan Barat, Jembarana, Bali meresahkan warga setempat. Serangan ulat bulu yang dilaporkan oleh masyarakat melalui aplikasi JES (Jembrana Emergency Service) ini langsung direspon secara cepat.
Dikutip Elaeis.co dari lama Cybext Kementerian Pertanian RI Sabtu (18/12), petugas BNPB berkoordinasi dengan Damkar, Dinas Pertanian dan Pangan, POPT, PPL, Kaling dan Lurah Loloan Barat kecamatan Negara untuk melakukan pengamatan dan pengendalian di lokasi.
Saat dilakukan pengamatan oleh petugas, ulat bulu ditemukan menyerang pada tanaman waru (hibiscus tiliaceus) yang berada di sekitar pemukiman warga, dan menyebar sampai ke halaman dan dinding rumah warga.
Beberapa warga yang terdampak serangan ulat bulu tersebut bernama Amranah, Zuleha, Yusron dan Masrifah. Petugas POPT melakukan identifikasi ulat bulu yang menyerang tersebut agar dapat melakukan pengendalian dengan tepat dan hasil identifikasi ulat bulu tersebut dengan jenis ulat Euproctis sp.
Menurut Muhammad Arifin dan Kasdi Subagyono, siklus hidup ulat bulu berlangsung 4-7 minggu, berawal dari telur kemudian bermetamorfosis menjadi ulat, kepompong, dan ngengat. Stadium ulat menjadi kepompong berlangsung 9 hari.
Namun, karena perubahan cuaca yang ekstrem, terutama pada peralihan menuju musim hujan, daur hidup ulat bulu dapat dipercepat. Kurang dari 4 minggu dan stadium ulat dapat dapat dipercepat, kurang dari 9 hari.
Ada dua faktor penyebab eksplosi ulat bulu, yakni faktor abiotis dan faktor biotis. Kedua faktor tersebut berkaitan satu sama lain, sehingga tidak dapat berdiri sendiri.
Faktor abiotis, antara lain terjadinya anomali cuaca, terutama peralihan musim hujan ke musim kemarau yang sangat mendukung bagi ulat untuk berkembang biak. Faktor biotis utama yang berpengaruh terhadap keberadaan ulat bulu adalah musuh alami.
Setelah dilakukan identifikasi kemudian oleh petugas secara langsung mengendalikan serangan ulat bulu tersebut.
Pengendalian pertama dilakukan menggunakan air detergen (sabun cuci piring) yang disemprotkan dengan alat pemadam kebakaran, pengendalian pertama ini diharapkan mampu mengendalikan ulat.
Setelah dilakukan monitoring kembali, ternyata masih terdapat ulat bulu yang terlihat berkeliaran di sekitaran rumah warga.
"Karena itu, petugas melakukan pengendalian tahap kedua menggunakan pestisida kimia berbahan aktif deltametri, karena bahan aktif ini mampu mengendalikan serangan ulat bulu yang serupa di beberapa tempat," tulis Penyuluh Pertanian Pertama, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, I Nyoman Widnyana Putra.
Pengendalian mekanis juga dilakukan berupa pemangkasan pohon waru sebagai tanaman inang dari ulat bulu dan pengendalian ulat bulu dengan cara di bakar.
Setelah dilakukan pengendalian sebanyak dua kali dapat dipantau bahwa serangan ulat bulu sudah dapat dikendalikan dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan tidak adanya lagi laporan terkait serangan ulat bulu dari masyarakat sekitar.
Komentar Via Facebook :